REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di masa lalu di zaman para nabi, Allah SWT menurunkan banyak mukjizat kepada mereka dengan berbagai maksud. Keluarbiasaan yang ada dalam mukjizat itu sesungguhnya dapat diibaratkan sebagai ucapan Allah SWT.
Pakar tafsir terkemuka Indonesia, Prof Quraish Shihab menjelaskan dalam bukunya berjudul Mukjizat Alquran, mukjizat diturunkan Allah untuk membuktikan kebenaran para nabi. Bahwa diibaratkan dengan hadirnya mukjizat itu, Allah SWT benar-benar ‘berbicara’ kepada umat manusia.
Ucapan Allah yang diibaratkan dalam mukjizat itu bermakna: “Apa yang dikatakan sang nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat itu.”
Mukjizat, menurut Prof Quraish, meski dari segi makna berarti melemahkan, namun dari segi agama ia sama sekali bukan dimaksudkan untuk melemahkan atau membuktikan ketidakmampuan yang ditantang. Mukjizat ditampilkan Allah melalui hamba-hamba pilihan-Nya guna membuktikan kebenaran ajaran Illahi.
Di sisi lain, beliau berpendapat bahwa bagi mereka yang percaya dengan risalah nabi, maka mereka tidak membutuhkan mukjizat dan tidak lagi ditantang untuk melakukan hal yang sama. Adapun mukjizat yang dialaminya hanya berfungsi memperkuat keimanan serta menambah keyakinan akan kekuasaan Allah SWT.