Jumat 20 Mar 2020 10:10 WIB

Keistimewaan Buraq, Hewan Tunggangan Rasul Saat Isra Miraj

Buraq memiliki kecepatan cahaya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Keistimewaan Buraq, Hewan Tunggangan Rasul Saat Isra Miraj. Penggambaran Buraq yang berasal dari Mughal (India) pada abad ke-17.
Foto:

Kitab al-Jami' al-Sahih juz I hlm 99 menggambarkan bentuk Buraq berdasarkan sabda Rasulullah SAW. Dari Hadits Riwayat Imam Muslim, yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik diterangkan Rasulullah SAW pernah bersabda, "Didatangkan kepadaku buraq, yaitu hewan (dabbah) yang berwarna putih (abyadh), bertubuh panjang (thawil), lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dan sekali ia menjejakkan kakinya yang berkuku bergerak sejauh mata memandang."

Buraq dalam hadis tersebut digambarkan sebagai dabbah, yang menurut penafsiran bahasa Arab, dabbah adalah makhluk hidup berjasad, bisa laki-laki bisa perempuan, berakal dan juga tidak berakal. Penafsiran tersebut menunjukkan kita tidak dapat menentukan jenis kelamin hewan tersebut, seperti halnya malaikat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Jibril mendatangiku dengan seekor hewan yang tingginya di atas keledai dan di bawah baghal, lalu Jibril menaikkanku di atas hewan itu kemudian bergerak bersama kami, setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya."

Hadits dari Malik bin Sha'sha'ah ra, Rasulullah SAW menceritakan kejadian Isra Mi'raj. Salah satu cuplikan kisahnya, "Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi dari pada keledai, yaitu buraq."

Sesampainya Nabi di Masjid al-Aqsha, beliau mengikat buraqnya di tempat yang biasa digunakan para nabi untuk mengikat tunggangannya. Beliau mengatakan, "Aku mengikat buraq di salah satu pintu masjid baitul maqdis, tepat di mana para nabi mengikatkan hewan tunggangan mereka."

Rangkaian peristiwa Isra Mi'raj menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya. Mulai dari perjalanan Nabi SAW secepat cahaya dari Masjid al-Haram ke Baitul Maqdis di Palestina, dan berlanjut menuju langit ketujuh, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.

Dijelaskan dalam surah al-Isra' ayat 1, "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement