REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sejarah perjalanan Islam telah menunjukkan bagaimana model pendidikan yang sejati. Ini tergambarkan dari bagaimana Alquran dan hadits menjelaskan mengenai hal tersebut.
Allah SWT mengangkat derajat umat Islam dengan menghadirkan tokoh-tokoh teladan. Allah SWT berfirman, "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS Al-Ahzab Ayat 21)
Allah SWT juga berfirman, "Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka." (QS Al-An'am Ayat 90)
Majunya sebuah negara tentu tak lepas dari sosok-sosok yang bisa menjadi suri teladan. Teladan-teladan inilah yang bisa mendorong para pemuda dan pemudi untuk mengikuti jejak tokoh panutan itu. Pendidikan melalui teladan adalah salah satu sarana pendidikan yang paling strategis.
Dalam hal itulah, Nabi Muhammad SAW menghadirkan banyak sosok ke tengah umat Muslim. Nabi SAW melakukan pendekatan untuk menghadirkan tokoh-tokoh yang dapat menjadi teladan ke tengah umat Islam. Agar kemudian bisa diteladani oleh umat Islam secara keseluruhan.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, "Di antara umatku, yang paling belas kasih terhadap umatku adalah Abu Bakar, sedangkan yang paling tegas terhadap perintah Allah adalah umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui halal haram adalah Mu'adz bin Jabal, dan yang paling mengetahui tentang fara'idl (ilmu tentang pembagian harta waris) adalah Zaid bin Tsabit.
Serta yang paling bagus bacaannya adalah Ubay bin Ka'ab, dan setiap umat memiliki orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan umat ini adalah Abu 'Ubaidah bin Jarrah." (Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami')
Rasulullah SAW bersabda, "Ikutilah orang-orang setelahku, (terutama) Abu Bakar dan Umar." Beliau juga bersabda, "Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin setelahku agar berada dalam kebenaran." (HR At-Tirmidzi)
Generasi terdahulu pun sangat berhati-hati dalam mengikuti seorang ulama. Karena, tokoh panutan berdampak besar dalam membangun akhlak yang mulia.
Sumber: