Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung). (HR. Bukhari dan Muslim).  

Dalam Islam, pentingnya menyucikan hati sangat ditekankan, karena hati yang bersih adalah jalan menuju keridhaan Allah SWT. Bisa dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya memperbanyak ibadah, seperti membaca Alquran, menghafal Alquran, melaksanakan sholat fardhu dan sunnah, sedekah, dan menjauhi larangan-larangan Allah SWT. 

Ketiga, ilmu zhahir

Yaitu yang berkaitan dengan bagaimana kita bersikap di dalam perbuatan dan berkaitan dengan kewajiban-kewajiban yang ada dalam agama Islam. Ilmu dhohir juga memungkinkan umat Islam untuk memahami ajaran-ajaran agama secara akurat dan sesuai dengan nash-nash yang ada dalam Alquran dan hadis.

Oleh karena itu, memahami ilmu dhohir sama halnya bisa mengetahui cara mengerjakan sholat, niat puasa, cara membayar zakat, cara menunaikan haji, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Islam. 

Ilmu ini penting untuk dipelajari karena segala sesuatu harus dilaksanakan dengan ilmunya dan aturannya. 

Ikuti Whatsapp Channel Republika