Rabu 13 Mar 2024 00:02 WIB

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Muslimah Ketika Sedang Haid

Haid merupakan waktu wanita untuk menghormati siklus alaminya.

Rep: mgrol151/ Red: Erdy Nasrul
Darah Menstruasi (Ilustrasi)
Foto:

Keempat, membaca Alquran 

Banyak perbedaan pendapat ulama mengenai hukum membaca Alquran bagi wanita ketika haid, ada yang membolehkan dan yang melarang.

Namun, pada dasarnya membaca Alquran ketika haid dilarang. Kecuali, membaca Alquran yang berisi terjemah bahasa Indonesia. 

Dalam Ensiklopedi Fiqh dinyatakan,

يجوز عند جمهور الفقهاء للمحدث مس كتب التفسير وإن كان فيها آيات من القرآن وحملها والمطالعة فيها ، وإن كان جنبا ، قالوا : لأن المقصود من التفسير : معاني القرآن ، لا تلاوته ، فلا تجري عليه أحكام القرآن .

Menurut jumhur ulama, orang yang hadats  termasuk wanita haid atau orang junub boleh menyentuh kitab tafsir, membawanya, atau mempelajarinya. Meskipun disana terdapat ayat-ayat Alquran. Mereka mengatakan, karena sasaran kitab tafsir adalah makna Alquran, bukan untuk membaca Alquran. Sehingga tidak berlaku aturan Alquran. 

Kemudian diberikan rincian,

وصرح الشافعية بأن الجواز مشروط فيه أن يكون التفسير أكثر من القرآن لعدم الإخلال بتعظيمه حينئذ ، وليس هو في معنى المصحف. وخالف في ذلك الحنفية ، فأوجبوا الوضوء لمس كتب التفسير

Syafi’iyah menegaskan, bahwa bolehnya menyentuh kitab tafsir, dengan syarat jika tulisan tafsirnya lebih banyak dibandingkan teks Alqurannya, sehingga tidak lagi disebut menyepelekan kemuliaan Alquran. Dan kitab tafsir tidak disebut mushaf Alquran. Sementara Hanafiyah memiliki  pendapat berbeda, mereka mewajibkan wudhu bagi yang menyentuh kitab-kitab tafsir. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 13/97).

Dengan demikian, yang dilarang ialah Mushaf Alquran (berisi tulisan arab). Sedangkan jika yang dibaca oleh wanita haid adalah Kitab Tafsir Alquran yang didalamnya lebih banyak terjemah bahasa Indonesia, maka itu diperbolehkan. 

Kelima, bersetubuh antara suami dan istri

Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 222, yang berbunyi:  

وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ

Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah suatu kotoran.” Maka, jauhilah para istri (dari melakukan hubungan intim) pada waktu haid dan jangan kamu dekati mereka (untuk melakukan hubungan intim) hingga mereka suci (habis masa haid). Apabila mereka benar-benar suci (setelah mandi wajib), campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (QS. Al-Baqarah: 222). 

Maka sangat jelas dalam firman Allah tersebut, ketika sedang haid tidak diperbolehkan bersetubuh antara suami dengan istri. 

Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Muslim, berbunyi:  

 

Dari Anas radhiallahu anhu bahwa orang Yahudi bila wanita mereka mendapat haid, tidak memberikan makanan. Rasulullah SAW bersabda: "Lakukanlah segala yang kau mau kecuali hubungan badan." (HR. Muslim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement