Rabu 28 Feb 2024 18:09 WIB

Apa Motif Munculnya Banyak Aliran Sesat di Indonesia? 

Kemunculan aliran sesat tergantung latar belakang berdirinya aliran sesat itu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Aliran Sesat (ilustrasi)
Foto: Republika
Aliran Sesat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pengkajian dan Penelitian, Prof Utang Ranuwijaya menjelaskan latar belakang atau motif umum munculnya aliran sesat di Indonesia. Menurutnya, kemunculan aliran sesat tergantung latar belakang berdirinya aliran sesat itu.

Prof Utang menjelaskan, latar belakang atau motif munculnya aliran sesat ada yang berlatar belakang dari tradisi nenek moyang animisme dan dinamisme. Kebetulan tradisi itu memang bertentangan dengan akidah Islam. Namun, tradisi itu masuk masyarakat Muslim.

Baca Juga

"Artinya ada yang dari tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam, tapi kemudian masuk mempengaruhi masyarakat Islam," kata Prof Utang kepada Republika, Rabu (28/2/2024).

Prof Utang mengatakan, ada juga latar belakang munculnya aliran sesat karena memang kesengajaan untuk menyesatkan. Biasanya dipengaruhi oleh pikiran-pikiran yang liberal, dan pikiran-pikiran yang dipengaruhi oleh para orientalis dari barat. 

Ada juga yang latar belakangnya memang ingin mencari popularitas dan mencari sensasi dengan membuat aliran sesat, supaya menjadi populer. Kemudian mereka masuk ke masyarakat Muslim memberikan pengaruh untuk kepentingan tertentu.

"Ia (tokoh aliran sesat) merasa kalau melemparkan sesuatu yang aneh itu cepat mendapatkan perhatian dari masyarakat atau pihak-pihak tertentu," ujar Prof Utang.

Prof Utang menambahkan, ada juga yang membuat aliran sesat memang untuk kepentingan ekonomi. Yakni untuk mendapatkan sesuatu dari pengikutnya yang kebetulan sasaran pengikutnya adalah orang-orang yang punya usaha dan yang punya dana atau uang. Direkrutlah oleh mereka para korban yang punya uang itu, jadi itu sebenarnya pemerasan.

Prof Utang mengingatkan, ada juga pendiri aliran sesat yang berlatar belakang seksual, punya kelebihan seks yang ingin disalurkan. Tentu menyalurkan hasrat seksual sembarangan bertentangan dengan ajaran agama, tapi pendiri aliran sesat itu mengemasnya dengan cara membohongi korbannya. Misalkan, tokoh aliran sesat itu mengatakan bahwa sebenarnya menyalurkan hasrat seksual sebagaimana dirinya itu sesuai ajaran agama.

"Dulu di Cirebon ada kasusnya yang organisasi itu perempuan semua dan semua digauli (disetubuhi) oleh gurunya (aliran sesat itu)," ujar Prof Utang.

Prof Utang mengatakan, jadi ada macam-macam latar belakang yang sangat heterogen dan variasinya sangat banyak di Indonesia. Mereka para penganut aliran sesat kelihatannya di permukaan sudah tidak ada atau jarang kelihatan, tapi secara gerakan di bawah tanah mereka masih ada. Sehingga mereka mencari peluang dan kesempatan untuk muncul lagi.

"Seperti kasusnya Ahmad Musadeq (yang mengaku sebagai Nabi) sampai sekarang meskipun sudah dihukum dan penjara beberapa kali, organisasinya sudah dibubarkan beberapa kali, tapi masih gerakan di bawah tanahnya masih ada," ujar Prof Utang.

Prof Utang menegaskan, harusnya menjadi tanggung jawab pemerintah untuk mengawasi aliran-aliran sesat sampai betul-betul aman.

Menurutnya, biasanya kalau sudah dinyatakan sesat oleh MUI, ada tindak lanjut proses hukum. Karena nanti yang menentukan selanjutnya adalah pemerintah dan pihak yang berwajib. Seharusnya pemerintah dalam merespon aliran sesat itu memvonis, tokohnya dipenjara dan organisasinya atau alirannya dinyatakan dilarang dan dibubarkan. Supaya tidak muncul lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement