Jumat 19 Jan 2024 22:18 WIB

Pernah Berbuat Dosa Besar dan Ragu Tobat Diterima? Simak Kisah Berikut

Allah SWT menerima tobat hamba yang tulus.

Rep: mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi tobat. Allah SWT menerima tobat hamba yang tulus
Foto: Republika/Prayogi.
Ilustrasi tobat. Allah SWT menerima tobat hamba yang tulus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tragedi carok di Bangkalan Madura yang menyebabkan empat orang meninggal dunia, telah menghebohkan masyarakat Madura. Carok sendiri merupakan perkelahian yang diidentikkan menggunakan celurit sebagai senjata perlawanan. Bila lawan telah tumbang, pelaku carok akan merasa puas, lega, dan bangga.

Dalam Islam, dosa membunuh termasuk dalam kategori dosa besar dan mendapatkan ancaman berupa kekekalan di dalam neraka jahanam. Namun jika seorang pelaku pembunuhan ini bertobat sebelum kematian menjemputnya, apakah Allah akan menerima tobatnya?

Baca Juga

Rizem Aizid dalam bukunya, Terbang Menjemput Rahmat dengan Sayap Tobat, menceritakan tentang kisah pembunuh seratus jiwa yang hidup pada masa Bani Israil. Kemudian, Nabi Muhammad SAW menceritakan kisah pertobatan si pembunuh tersebut kepada umatnya, agar peristiwa itu menjadi pelajaran berharga dan teladan dalam kebaikan. 

Abu Sa'id Al Khudri pernah berkata, "Aku tidak bercerita kepada kalian, kecuali aku mendengar dari Rasulullah Saw. Aku mendengar beliau bercerita yang membuatku bergetar" (HR Bukhari dan Muslim). 

Dahulu, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa dan bermaksud untuk bertobat. la pun bertanya tentang orang yang paling alim di dunia ini ketika itu.

Lalu, ditunjukkan kepadanya seorang alim (pendeta, ahli ibadah, dan lain-lain). Kemudian, ia mendatangi orang tersebut dan berkata, "Aku telah membunuh 99 jiwa. Apakah masih terbuka pintu tobat bagiku?” Ahli ibadah itu pun berkata, "Tidak." 

Setelah mendengar jawaban tersebut dan tanpa berpikir panjang, si pembunuh menghabisi nyawanya sehingga ia pun menggenapi pembunuhan yang dilakukannya menjadi 100 jiwa.

Meski demikian, si pembunuh tetap ingin bertobat dari kemaksiatan yang telah dilakukannya. Kemudian, ia menanyakan dimanakah seorang alim lainnya? Lalu, ditunjukkan kepadanya tentang seorang alim yang berilmu. 

Ketika berjumpa dengan seorang alim tersebut, ia pun berkata, "Sesungguhnya, aku telah membunuh 100 jiwa. Apakah pintu tobat masih terbuka bagiku?" Seorang alim itu pun menjawab, "Ya. Siapa yang menghalangimu untuk bertobat? Jika kamu benar-benar ingin bertobat, maka pergilah kamu ke suatu daerah. Karena sesungguhnya di daerah itu terdapat orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah SWT. Maka, beribadahlah kamu kepada Allah SWT bersama mereka. Dan jangan kamu kembali ke negerimu, negeri yang buruk/jahat" (HR Bukhari dan Muslim).

Adapun yang disebut sebagai "suatu daerah" oleh orang alim tersebut adalah daerah atau negeri yang bernama Syam (Palestina, Syria, Lebanon). Sebab, seluruh penduduk di daerah itu sangat mencintai dan hanya menyembah Allah SWT. Dengan demikian, orang alim tersebut menyuruh si pembunuh 100 jiwa untuk pergi ke Syam dan mengerjakan amal baik di sana.

Rasulullah SWT bersabda, "Tidak ada hijrah lagi bagimu Muhammad setelah futuhat Makkah. Namun, kalau ingin berhijrah, hijrahlah dari bumi yang jelek ke bumi yang bagus.” 

Usai mendengar nasihat orang alim itu, maka berangkatlah si pembunuh 100 jiwa menuju ke tempat yang dimaksud (Syam). 

Baca juga: Ayat Alquran yang Dibaca Abdullah Bin Masud Ini Membuat Air Mata Rasulullah SAW Menetes

Namun, sebelum ia sampai di tempat tujuan, ternyata ajal menjemputnya, sehingga ia pun meninggal dunia dalam perjalanan menuju pertobatan, tetapi belum sempat bertobat. Maka, berselisih malaikat rahmat dan malaikat azab tentangnya.

Malaikat rahmat berkata, "Dia sudah datang dalam keadaan bertobat dan menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.” Sementara itu, malaikat azab berkata, "Sesungguhnya, dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali."

Kemudian, datanglah seorang....

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement