REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Tak ada yang mudah dalam mencari ilmu. Terlebih ketika menemui tantangan serta penerapan kedisiplinan oleh guru, kerap kali terbesit perasaan kesal di hati murid.
Bagi kaum pesantren, orang-orang salaf merupakan salah satu jenis santri (murid) yang paling terkenal mulia akhlaknya dalam menimba ilmu. Hal itu sebagaimana diterangkan dalam buku Adab Murid Terhadap Guru karya Ahmad Sarwat.
Ustaz Sarwat menjelaskan bahwa dahulu sebagian orang-orang salaf tatkala hendak pergi menimba ilmu kepada gurunya, dia bersedekah sesuatu dan berdoa.
Berikut lafaz doanya:
“Ya Allah, tutuplah aib guruku dariku dan jangan hilangkan keberkahan ilmunya dariku."
Adab dalam menuntut ilmu di dalam Islam memang sangatlah penting. Imam Ghazali pernah berpesan bahwa ilmu tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketawadhuan serta mendengarkannya dengan baik. Mengikuti arahan guru juga merupakan hal yang dianjurkan agama.
Meski terdapat rasa tidak sabar dalam menerima pendidikan dari guru, seorang murid perlu menahannya. Hal ini sebagaimana diingatkan oleh Alquran Surat Al-Kahfi ayat 67:
قَالَ اِنَّكَ لَنۡ تَسۡتَطِيۡعَ مَعِىَ صَبۡرًا
"Qoolaa innaka lan tastatii'a ma'iya sabraa."
Yang artinya, "Dia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku."
Sebagaimana diketahui, sebuah video viral di media sosial yang menunjukkan anggota DPD Bali, Arya Wedakarna, menegur guru di SMKN 5 Denpasar di depan siswa-siswanya.
Dalam video tersebut, Arya Wedakarna tampak mengkritik keras guru tersebut karena memberikan hukuman yang dianggap berlebihan kepada siswa yang terlambat masuk kelas. Hukuman tersebut yaitu menulis selama 1,5 jam.
Sikap Arya Wedakarna ini dinilai Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) sebagai tindakan yang menunjukkan bullying atau perundungan secara verbal dan sosial.