Dua tahun berikutnya, pemerintahan Khalifah Abdul Malik kembali mencetak dinar yang bobotnya berubah menjadi 4,25 gram emas karena mengikuti standar yang diletakkan Khalifah Umar bin Khattab.
Koin emas pada zaman itu dicetak secara khusus di Damaskus, ibu kota kekhalifahan Umayyah. Khalifah Abdul Malik menggantikan sosok kaisar Bizantium di dalam koin emas yang selama ini telah digunakan.
Lambang salib juga dihilangkan, dan untuk pertama kalinya kata-kata dari Alquran dimunculkan di dalam koin. Setiap koin yang dicetak pada saat itu bertuliskan kalimat tauhid.
Sejak saat itu, dilakukan penghentian penggunaan gambar wujud manusia dan binatang dari mata uang peradaban Islam itu. Sebagai gantinya, digunakan huruf-huruf.
Dinar emas lazimnya berbentuk bundar. Selain itu, tulisan yang tercetak pada dua sisi koin itu memiliki tata letak yang melingkar. Pada satu sisi mata koin tercantum kalimat tahlil dan tahmid.
Sedangkan di sisi lainnya...