REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menyampaikan penjelasan ihwal dampak perbuatan maksiat terhadap diri seorang Muslim. Ada sejumlah dampak yang akan dialami oleh seorang Muslim sebagaimana penjelasan Ibnu Qayyim.
Dampak-dampak ini tidak ada yang baik. Semuanya buruk pada diri seorang Muslim. Dampak pertama ialah hilangnya Ilmu. Ibnu Qayyim memaparkan, ilmu pengetahuan adalah cahaya yang diberikan oleh Allah SWT kepada setiap hati Muslim. Maka, perbuatan maksiat yang melanggar perintah Allah SWT akan memadamkan cahaya itu.
Kedua, ialah kesepian. Orang yang berbuat maksiat akan mengalami kesepian dalam hatinya, yaitu antara dirinya dan Allah SWT. Rasa kesepian ini pun akan menimpa dirinya dalam aspek hubungan sosial terutama terkait hubungannya dengan orang-orang baik.
Ketiga, ditimpa kesulitan Hidup. Orang yang berbuat maksiat akan mengalami berbagai urusan yang membuatnya merasa sulit dalam mengarungi kehidupan. Dia merasa dosa-dosa yang telah dilakukannya bukanlah faktor yang mempersulit, karena ia cenderung merasa bahwa perkara itu memang sulit diatasi.
Keempat adalah gelapnya hati. Orang yang senang berbuat maksiat maka dia akan menemukan kegelapan di dalam hatinya dan ini menjadi kenyataan dalam hidupnya. Hati dan tubuhnya melemah untuk berbuat baik dan cenderung menuruti perbuatan maksiat.
Kelima, yaitu memperpendek umur. Dikatakan oleh Ibnu Qayyim bahwa dosa yang telah dilakukan akan memperpendek usia dan merusak keberkahan yang diberikan padanya.
Keenam, orang yang melakukan dosa akan terus terarah pada perbuatan buruk yang lain. Singkatnya, dosa akan membawa pada dosa, dan ketaatan menjalankan perintah Allah SWT akan terus membawanya pada ketaatan.
Ketujuh, dosa akibat perbuatan maksiat yang dilakukan itu akan mencegah pelakunya untuk melakukan pertobatan. Dan dia diibaratkan menjadi tawanan setan. Kedelapan, orang yang suka berbuat maksiat akan membuat dia sombong dan bahkan menyombongkan perbuatan maksiat yang dilakukannya.