REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat tinggal di Hebron, istri Nabi Ibrahim, yakni Siti Hajar, melahirkan seorang putra yang diberi nama Ismail. Kelahiran Ismail ini membuat cemburu Siti Sarah, istrinya yang pertama. Maka, demi menjaga keutuhan rumah tangganya, Ibrahim membawa Ismail dan Siti Hajar berhijrah ke Makkah.
Di Makkah inilah, Ibrahim merenovasi dan meninggikan bangunan Ka’bah yang telah mengalami kerusakan akibat banjir. Setelah selesai pembangunan Ka’bah, Ibrahim kembali ke Palestina.
Dalam Athlas Al-Qur'an, Syauqi Abu Khalil menjelaskan, sesudah Hajar dan Ismail diungsikan ke Makkah oleh Nabi Ibrahim, maka tak lama kemudian, Siti Sarah pun hamil. Tentu saja, kehamilan ini merupakan anugerah Allah kepada Siti Sarah dan Nabi Ibrahim. Sebab, keduanya sudah berusia lanjut.
BACA JUGA: Doa Qunut Nazilah untuk Warga Palestina yang Berada dalam Peperangan
Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiya' wa ar-Rusul menjelaskan, saat itu Siti Sarah telah berusia 90 tahun, sedangkan Ibrahim berusia 120 tahun. Kemudian, Nabi Ishak dilahirkan di Kota Hebron ini, yang diperkirakan lahir sekitar 1897 SM.
Nabi Ishak tumbuh dan besar di kota ini. Nabi Ishak diangkat menjadi nabi dan diutus kepada kaum Kan'an. Nabi Ishak meneruskan dakwah yang disampaikan oleh Ibrahim kepada kaumnya, untuk senantiasa mengesakan Allah dan meninggalkan sesembahan berhala-berhala.
Nabi Ishak dikenal sebagai seorang nabi yang sangat saleh, jujur, dan berkah. Kepadanya diberikan sejumlah keistimewaan dengan sifat kelembutan, kasih sayang, hilm (tidak emosional), dan penuh perhitungan yang matang.
Sementara, Nabi Ishak memiliki...