Senin 13 Nov 2023 22:30 WIB

Kritik atas Kuil Sulaiman di Bawah Masjid Al Aqsa

Zionis mengarang kisah ada kuil Sulaiman di bawah Masjid Al Aqsa.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Sebuah kendaraan lapis baja zionis Israel melewati seorang jamaah Muslim Palestina yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa salat di luar Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/11/2023).
Foto: AP Photo/Mahmoud illean
Sebuah kendaraan lapis baja zionis Israel melewati seorang jamaah Muslim Palestina yang dilarang memasuki Masjid Al-Aqsa salat di luar Kota Tua Yerusalem, Jumat (10/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sejak abad ke-19, gerakan Zionis berusaha mengeksploitasi kisah Kuil Sulaiman dan menghidupkannya kembali dari lipatan sejarah kuno. Ini sebagai tipu muslihat untuk menduduki Palestina.

Padahal fakta sejarah membuktikan bahwa kaum Yahudi tidak mempunyai entitas politik kecuali selama 70 tahun. Ini adalah periode di mana Nabi Daud dan Sulaiman mengambil alih kekuasaan dari tahun 1000 SM sampai tahun 928 SM.

Baca Juga

Palestina telah menjadi wilayah Arab-Islam sejak penaklukan Islam pada abad ke-7 M hingga saat ini. Jangka waktu yang singkat di mana orang-orang Yahudi membentuk kekuasaannya tidak memberi mereka dasar sejarah apa pun untuk mengklaim Palestina.

Ekstremis gerakan Zionis mengeklaim bahwa lokasi Kuil Sulaiman yang dihancurkan pada tahun 70 M adalah tempat yang sama dengan tempat Masjid Al Aqsa dibangun. Karena klaim ini, zionis terus mencari bekas reruntuhan Kuil Sulaiman dan membangunnya kembali di atas reruntuhan tersebut.

Namun banyak sejarawan dan arkeolog Muslim yang membantah klaim itu. Termasuk klaim bahwa Masjid Al Aqsa dibangun lebih dari seribu tahun sebelum kemunculan Nabi Sulaiman dan masih bertahan hingga saat ini.

Sebagian besar ulama juga menyimpulkan bahwa yang membangun Masjid Al Aqsa adalah seorang nabi Allah, baik Nabi Adam, Nabi Ibrahim maupun Nabi Yakub. Adapun yang membangun Kuil Sulaiman adalah seorang nabi juga, yakni Nabi Sulaiman.

Dalam konteks itu, tidak masuk akal jika seorang nabi datang untuk menghancurkan sebuah tempat yang dibangun oleh seorang nabi sebelumnya, membangun sebuah kuil bagi dirinya sendiri di atas reruntuhan tersebut.

Sejumlah referensi menyebut adanya pembangunan dan pembongkaran Kuil Sulaiman beberapa kali. Namun tidak ada satupun referensi mengenai pembongkaran Masjid Al Aqsa. Artinya, ini menegaskan bahwa lokasi Kuil atau Haikal Sulaiman ini bukanlah di Masjid Al Aqsa.

Kendati demikian, upaya pembangunan kembali Kuil atau Haikal Sulaiman tidak pernah berhenti. Tepatnya pada tahun 1929, di masa Mandat Inggris Atas Palestina, pecah sebuah revolusi yang dikenal dengan Revolusi Buraq pada tahun 1929. Itu terjadi setelah sekelompok orang Yahudi menyerbu Tembok Buraq di Yerusalem.

Umat Islam bentrok dengan sekelompok warga Israel yang ingin menyerbu Masjid Al-Aqsa dan mengadakan acara keagamaan di Tembok Buraq. Kemudian dibentuklah Asosiasi Penjaga Masjid Al-Aqsa, yang cabangnya tersebar di sebagian besar kota-kota Palestina. Umat Kristen berpartisipasi bersama para pemimpin Gerakan Nasional dalam mempertahankan wilayah Palestina.

Selama periode itu, Komite Eksekutif Konferensi Kristen Islam terpilih, melakukan kunjungan ke negara-negara Arab dan beberapa ibu kota Eropa. Tujuannya adalah untuk memperingatkan bahaya yang dihadapi Masjid Al Aqsa, dan adanya upaya orang-orang Yahudi untuk membangun rumah ibadah bagi diri mereka sendiri di atas reruntuhannya.

Akibat gerakan politik dan kerusuhan itu, Liga Bangsa-Bangsa membentuk komisi internasional untuk menyelidiki kepemilikan Tembok tersebut. Mereka mengeluarkan laporannya sendiri pada tahun 1930.

Hasilnya menyatakan bahwa kepemilikan Tembok Buraq dan haknya adalah milik umat Islam, mengingat tembok itu merupakan bagian integral dari Al Haram Al Syarif. Juga, trotoar yang digunakan orang Yahudi untuk ibadah adalah milik umat Islam.

Terlepas dari itu, Masjid Al Aqsa atau Baitul Maqdis tidak henti-hentinya mengalami penyerangan. Apalagi setelah peristiwa Nakba 1948. Pada tahun 1966, seorang ekstremis Yahudi mencoba membakar Masjid Al-Aqsa.

Meski umat Islam dan Kristen berupaya memadamkan, api tetap terjadi dan hampir menyentuh kubah masjid. Upaya pemadaman kebakaran tetap dilakukan meski ada hambatan dari otoritas Israel. Kebakaran tersebut menyebabkan kerusakan pada mimbar Shalahuddin dan menyulut api di atap masjid selatan dan atap tiga koridor.

Setahun setelah kebakaran, pecahlah perang tahun 1967 dan orang Israel menyebutnya sebagai Perang Enam Hari, yaitu antara Mesir, Suriah, Yordania, dan Irak melawan pendudukan Israel. Perang ini menyebabkan pendudukan Israel di Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat dan Golan. Dianggap sebagai perang ketiga dalam konflik Arab-Israel. Perang tersebut menyebabkan kematian antara 15 hingga 25 ribu orang di negara-negara Arab, dan 800 di Israel.

Dampak perang tahun 1967 belum berakhir hingga saat ini. Israel masih menduduki Tepi Barat, dan juga mencaplok Yerusalem dan Golan ke dalam perbatasannya. Konsekuensinya juga mencakup pecahnya Perang Oktober pada tahun 1973, pemisahan Tepi Barat dari kedaulatan Yordania, dan penerimaan negara-negara Arab terhadap prinsip "tanah untuk perdamaian" sejak Konferensi Perdamaian Madrid pada tahun 1991.

Konferensi tersebut menetapkan kembalinya perbatasan ke perbatasan sebelum perang sebagai imbalan atas pengakuan Arab terhadap Israel dan perdamaian dengannya, meskipun banyak negara Arab telah mulai menjalin hubungan sepihak dengan Israel, baik secara politik maupun ekonomi.

Sejak tahun 1967 sampai sekarang, otoritas pendudukan Israel terus melakukan penggalian di berbagai area di bawah Temple Mount. Sebagai catatan, Temple Mount dikenal oleh umat Muslim sebagai Haram Al Sharif atau Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis.

Meski sudah mencari dan menggali, Israel tidak menemukan jejak apa pun yang menunjukkan bahwa tempat tersebut pernah menjadi bangunan. Lalu pada 21 Agustus 1969, otoritas pendudukan Israel memutus aliran air ke kawasan Al Haram Al Syarif atau Masjid Al Aqsa atau Baitul Maqdis dan mencegah warga Arab mendekatinya. Ini adalah bagian dari upaya untuk menghancurkan Masjid Al Aqsa dan mendirikan Kuil Sulaiman sebagai gantinya.

sumber : Arabic Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement