3. Jangan cepat memarahi
Anas bin Malik, seorang pelayan muda yang tinggal di rumah Nabi Muhammad (SAW), meriwayatkan:
“Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik terhadap keluarga selain Rasulullah SAW.” (HR Muslim)
Meskipun Anas bin Malik kadang-kadang tergelincir dalam tugasnya karena usianya yang masih muda, Nabi SAW tidak cepat memarahinya. Bahkan Anas bin Malik berkata, “Saya melayani Nabi SAW di Madinah selama sepuluh tahun. Saya masih kecil. Setiap pekerjaan yang aku lakukan tidak sesuai dengan keinginan tuanku, tetapi dia tidak pernah berkata kepadaku: Uff, dan dia juga tidak berkata kepadaku: Mengapa kamu melakukan ini? atau Mengapa kamu tidak melakukan ini?” (HR Dawud)
4. Tunjukkan cintamu
“Beberapa orang Badui mendatangi Nabi SAW dan berkata, 'Apakah kamu mencium anak-anakmu?' Rasulullah SAW menjawab, ”Ya.” [Orang Badui] berkata, 'Tetapi kami, demi Allah, tidak pernah mencium (anak-anak kami).' Nabi SAW berkata, “Apa yang bisa aku lakukan jika Allah telah menghilangkan rahmat darimu?” (HR Ibnu Majah).
Nabi SAW adalah ayah dan kakek yang sangat penyayang. Ia menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak di masyarakat dan tidak segan-segan membuat mereka merasa spesial dan dicintai.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan laki-laki pada masanya yang menganggap menunjukkan kelembutan terhadap keluarga dan anak bukanlah suatu sifat maskulin.
Orang badui dalam kisah di atas sebenarnya sesumbar karena tidak mencium anak-anak karena mereka sering dianggap sebagai komoditas belaka dan bertindak kasar terhadap anak-anak lebih sesuai dengan menjadi laki-laki.
Nabi SAW malah menekankan bahwa menunjukkan belas kasihan dan kasih sayang kepada anak-anak memang merupakan jalan yang lebih baik untuk diambil.
Baca juga: Surat Yasin Ayat 9, Diamalkan Nabi SAW dan Dibaca Pejuang Hamas Ledakkan Tank Israel
5. Dengarkan anak, dan jangan abaikan perasaannya
Pada suatu kesempatan, adik Anas bin Malik, Abu Umayr, kehilangan burung peliharaannya yang bernama Nughayr. Melihat kesusahan anak tersebut, Nabi SAW menghibur anak kecil tersebut dan bertanya tentang hewan peliharaannya. (HR Bukhari).
Di sini kita melihat contoh Nabi SAW yang mengambil tindakan yang sangat penuh perhatian untuk membantu seorang anak kecil, sedangkan banyak orang dewasa akan mengabaikan situasi yang tampaknya “sepele” tersebut.
Hubungan seperti ini dapat membangun kepercayaan, komunikasi terbuka, dan validasi pada anak.