Rabu 08 Nov 2023 09:34 WIB

Daftar Tokoh Muhammadiyah yang Jadi Pahlawan Nasional (4-Habis)

Sejumlah pahlawan nasional berlatar Muhammadiyah.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Buya Hamka, salah satu pahlawan nasional berlatar Muhammadiyah.
Foto: Dok. Muhammadiyah
Buya Hamka, salah satu pahlawan nasional berlatar Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,

17) Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)

Baca Juga

Ketua Majelis Ulama Indonesia yang pertama. Hamka juga dikenal sebagai sastrawan, aktivis politik, sekaligus Ulama yang disegani. Hamka tercatat sebagai orang Indonesia kedua (setelah Presiden  Soekarno) yang menerima anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar.

Di Muhammadiyah Hamka tercatat sebagai Ketua Muhammadiyah Padang Panjang, Konsul Muhamadiyah Makassar dan penasehat PP Muhammadiyah. Nama Hamka juga diabadikan sebagai nama Perguruan Tinggi Muhamadiyah di Jakarta.

Penulis  novel tenggelamnya kapal Vanderwijk ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK nomor 113 / TK / Tahun 2011 bertanggal 7 November 2011.

18) Ki Bagus Hadikusumo

Ketua Umum PB Muhamamdiyah yang mengantikan Mas Masur ini merupakan tokoh kunci tercapainya kesepakatan besar penyelamatan negara. Yaitu kompromi penghapusan 7 Kata Piagam Jakarta. Perumus redaksi sila pertama pancasila ini dikukuhkan sebagai pahlawan Nasional melalui SK nomor 116 / TK / Tahun 2015  tanggal 4 November 2015.

19)Lafran Pane

Pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan santri di Pesantren Muhammadiyah Sipirok juga siswa di HIS Muhammadiyah dan MULO Muhammadiyah. Ayah Lafran Pane merupakan pendiri Muhammadiyah di Sipirok. Lafran Pane membawa HMI sebagai pendukung ideologi Pancasila yang menolak gagasan pembentukan Negara Islam yang digagas Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Dosen Akademi Tabligh Muhammadiyah Yogyakarta dan juga pejuang kemerdekaan dalam Barisan Pemuda Gerindo dan Indonesia Muda  ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 115 / TK / Tahun 2017, tanggal 6 November 2017.

20) Abdurrahman Baswedan

Tokoh peranakan Arab ini tercatat sudah menjadi Muballigh Muhammadiyah sejak Mas Mansur menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya. AR Baswedan (demikian tokoh ini biasa disebut) sering diminta Mas Mansur untuk mengisi ceramah-ceramah di acara Muhammadiyah. AR Baswedan juga tercatat menjadi pengasuh Kolom di harian Mercusuar, Surat kabar Umum Milik Muhammadiyah.

Anggota BPUPKI ini merupakan inisiator Kongres Peranakan Arab pada tahun 1943 kemudian memimpin Partai Arab Indonesia PAI, Ia juga anggota dalam misi diplomasi RI ke negara Arab dan Mesir. Setelah Proklamasi 1945, Abdurrahman bergabung ke dalam Partai Masyumi, menjadi Menteri Muda Penerangan Kabinet Sjahrir kedua, dan juga mewakili Masyumi dalam parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.

Dalam album foto Muhammadiyah, ada beberapa nama dari keluarga Baswedan yang gambarnya terekam di sana. Kakek dari Anies Baswedan ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK nomor 123/TK/Tahun 2018 bertanggal 6 November 2018.

21)Kasman Singodimedjo

Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat: cikal bakal DPR RI) ini merupakan pelopor pembentukan Tentara Keamanan Rakyat, cikal bakal TNI juga Pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR). Pada masa perumusan dasar negara, Ketua Wakil Ketua PP Muhammadiyah ini menjadi tokoh kunci Kesepakatan perubahan Sila Pertama Pancasila menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa (YME).

Tokoh yang pernah menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 123/TK/Tahun 2018, tanggal 6 November 2018.

22) Abdul Kahar Muzakkir

Rektor pertama Universitas Islam Indonesia ini merupakan salah satu dari sembilan orang anggota panitia kecil yang menentukan dasar negara Indonesia. Pada masa awal kemerdekaan Abdul Kahar Mudzakkir aktif untuk menggalang dukungan dunia luar untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Salah satu keberhasilan adalah pengakuan dari Mesir pada 18 November 1946. Anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1942 – 1962 ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 120/TK/2019, tanggal 7 November 2019. (isma)

Sumber:

Gema UHAMKA dan Library Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement