REPUBLIKA.CO.ID,
11)Adam Malik
Wakil Presiden RI Ketiga ini mengawali karir perjuangannya sebagai anggota Kepanduan Hizbul Wathan di Pematang Siantar. Pada tanggal 13 Desember 1937, Adam Malik bersama Pandu Kartawiguna dan kawan-kawan mendirikan Lembaga Kantor Berita “Antara”.
Pada tahun 1962, nama Adam Malik mendapat sorotan karena peran menonjolnya dalam proses perundingan Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat. Adam Malik juga pernah menjadi Ketua Sidang Umum PBB ke 26 Tahun 1971-1972. Ketika menjadi Menteri Luar Negeri, Adam Malik dikenal sebagai pembawa politik luar negeri “Bebas Aktif”.
Putra dari Pematang Siantar ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK nomor 107 / TK / 1998 bertanggal 6 November 1998.
12)Fatmawati
Ibu Negara Indonesia Pertama ini merupakan aktivis Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang dikenal sebagai penjahit Bendera Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Bendera yang dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, tanggal 17 Agustus 1945. Konon saat menjahit bendera ini, Fatmawati sambil menyenandungkan lagu-lagu Aisyiyah. Fatmawati juga dikenang sebagai qoriah yang biasa melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an saat peringatan hari besar Islam di Istana.
Pada 1951, Fatmawati tercatat sebagai tokoh yang paling gigih memperjuangkan agar dokumen, barang dan arsip pemerintah RI yang dirampas oleh Belanda antara tahun 1945-1950 di Jakarta dan Yogyakarta dapat dikembalikan ke Indonesia. Putri Sekretaris Muhammadiyah Bengkulu, Hassan Din, ini Dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dengan SK Nomor 118 / TK / 2000, bertanggal 4 November 2000.
13)Nani Wartabone
Pejuang Kemerdekaan Indonesia ini memulai perjuangan sejak tahun 1923 ketika mendirikan dan menjadi Sekretaris “Jong Gorontalo” di Surabaya. Pada bulan Juli 1931 saat memimpin rapat PNI Nani Wartabone melawan pihak kolonial yang ingin membubarkan rapat tersebut dengan mendemontrasikan lagu “Indonesia Raya”. Pada 1941 ia membentuk organisasi rahasia Komite 12 untuk menghadapi perang Pasifik.
Tahun 1943 Nani Wartabone ditangkap dengan tuduhan menyiapkan pemberontakan dan dibebaskan setelah jatuhnya PM Tojo. Pada 16 Agustus setelah Jepang menyerahkan pemerintahan kepadanya ia mengadakan upacara kenaikan kembali “Sang Saka Merah Putih”. Pada 28 Agustus 1945 ia berhasil menguasai Telekomunikasi Radio Jepang, dan membentuk Dewan Nasional. Tahun 1958 ia memimpin penumpasan terhadap pemberontak Permesta di Gorontalo. Kepala pemerintahan di Gorontalo, Kepala Daerah Sulawesi Utara, Anggota MPRS, Anggota DPRGR, Anggota Dewan Perancang Nasional, dan Anggota DPA ini tercatat bersama-sama dengan Imam A Nadjamuddin merintis pendirian Grup Muhammadiyah Suwawa. Nani Wartabone ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 085 / TK / 2003 bertanggal 6 November 2003.
14)Gatot Mangkupraja
Nama anggota laskar Hizbullah ini tidak dapat dipisahkan dengan sejarah pembentukan Tentara Sukarela Pembela Tanah air (PETA). Gatot Mangkupraja bersama Natsir, Muhammad Hatta, Ahmad Soebardjo, dan semaun juga pernah mengikuti Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonialisme yang diselenggarakan di Brussel, Belgia.
Pada masa pergelokan Gatot Mangkupraja ditangkap dan adili oleh pemerintah Kolonial Belanda bersama Soekarno, Maskoen Soemadiredja, dan Soepriadinata yang kemudian terkenal dengan peristiwa Indonesia menggugat. Putra dari Saleh Makupraja (dokter pertama di Sumedang) yang pernah diamanati sebagai Pimpinan Muhammadiyah di Cianjur ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 089 / TK / 2004 bertanggal 5 November 2004.
15) Andi Sulthan Daeng Radja
Bagi masyarakat Bulukumba, nama ini pasti sangat akrab di dengar apalagi di masa pandemi seperti tahun tahun 2021 ini. Namun, ini tidak sekedar nama Rumah Sakit Daerah, pemilik nama ini merupakan pelaku sejarah sumpah pemuda 28 Oktober. Putra Bulukumba ini adalah salah satu peserta kongres pemuda di tahun 1928 yang membuahkan Sumpah Pemuda yang masyhur tersebut.
Menjelang proklamasi kemerdekaan RI, Sultan Daeng Radja bersama Ratulangi dan Andi Pangerang Pettarani ditunjuk sebagai wakil dari Sulawesi Selatan mengikuti rapat panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di Jakarta.
Untuk mengamankan dan membela Indonesia Sultan Daeng Radja mengusulkan pembentukan Persatuan Pergerakan Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah mengumpulkan pemuda untuk mengamankan dan membela kemerdekaan Indonesia. Andi Sulthan Daeng Radja juga dikenang sebagai aktivis Muhammadiyah dan sering disebut-sebut sebagai pendiri masjid di Ponre yang pada zamannya dikenal sebagai masjid terbesar di Sulawesi Selatan.
Tokoh yang menyampaikan kabar kemerdekaan RI kepada rakyat Bulukumba dan pernah dibuang tentara NICA ke Manado hingga 8 Januri 1950 ini, dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui sk No. 085/TK/Tahun 2006 tertanggal 3 November 2006.
16)Teuku H Moehammad Hasan
Bagi masyarakat Sumatra, nama ini dikenang sebagai gubernur Sumatera pertama dan satu-satunya. Ketika masa depan kedaulatan RI dalam masa kritis Moehammad Hasan ditunjuk sebagai Wakil Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dan merangkap sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri.
Anggota PPKI ini juga dikenang sebagai motor penggerak dan pelopor pendirian cabang-cabang Muhammadiyah serta ortom-ortomnya di wilayah Aceh. Wakil Pemimpin Besar Bangsa Indonesia untuk wilayah Sumatera, ini dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK 085 / TK / 2006, tanggal 3 November 2006.
Sumber:
Gema UHAMKA dan Library Universitas Muhammadiyah Yogyakarta