Selasa 31 Oct 2023 15:43 WIB

Lima Keutamaan Zaid bin Tsabit

Zaid bin Tsabit dihormati para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Zaid bin Tsabit, Sahabat Nabi (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Zaid bin Tsabit, Sahabat Nabi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zaid bin Tsabit dikenal sebagai pemuda yang cerdas. Sejak kecil ia telah mampu menghafalkan Alquran. Bahkan ia pun menguasai banyak bahasa asing sehingga dipernaca menjadi juru tulis dan penerjemah Rasulullah. Ketika masa Khulafaur Rasyidin, Zaid bin Tsabit bahkan diberi tugas untuk memimpin proyek pembukuan mushaf Alquran. 

Selain hal-hal tersebut, ada sederet keistimewaan Zaid bin Tsabit lainnya. Apa saja? Para ahli sejarah sepakat bahwa Zaid bin Tsabit memiliki beberapa keutamaan, antara lain: 

Baca Juga

Pertama, Zaid bin Tsabit termasuk sosok atau figur yang memiliki kedudukan yang tinggi di tengah masyarakat. Kaum Muslimin sangat menghormatinya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, suatu hari Zaid bin Tsabit mengendarai hewan tunggangannya. Kemudian Abdullah bin Abbas mengambil tali kekangnya dan menuntunnya. Melihat hal itu, Zaid bin Tsabit meminta pada Abdullah bin Abbas agar dirinya saja yang memegang tali. Tapi Abdullah bin Abbas menolaknya karena menghormati kealiman Zaid bin Tsabit. 

Kedua, Zaid bin Tsabit adalah orang pertama yang membaiat Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi Khalifah menggantikan Rasulullah SAW. Abu Said Al Khudri r.a. mengisahkan ketika Rasulullah SAW wafat, orang-orang Anshar angkat bicara. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa setelah Rasulullah kepemimpinan dipegang oleh dua orang, satu dari Muhajirin dan satu dari Anshar. Lalu berdirilah Zaid bin Tsabit. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW berasal dari Muhajirin. Dan kepemimpinan itu ada pada Muhajirin sedang Anshar menjadi penolongnya. Abu Bakar pun berdiri dan berterima kasih atas ucapan Zaid bin Tsabit yang menenangkan suasana. Zaid bin Tsabit menggapai tangan Abu Bakar kemudian berkata: 'Ini adalah sahabat kalian. Baiatlah dia,'

Ketiga, Zaid bin Tsabit juga diberi amanah membagi ghanimah di perang Yarmuk. Ia juga merupakan salah seorang dari enam orang ahli fatwa: Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Ibnu Mas'ud, Ubay, Abi Musa, dan Zaid bin Tsabit. Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan tidak melebihkan seorang pun dalam permasalahan kehakiman, fatwa, faraidh, dan qiro-ah dibanding Zaid bin Tsabit. 

Keempat, Zaid bin Tsabit selain dikenal sebagai ahli fatwa, juga dikenal sangat alim tentang ilmu fara'idh (ilmu pembagian warisan). Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Umatku yang paling penyayang terhadap yang lain adalah Abu Bakar. Yang paling kokoh dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar. Yang paling jujur dan pemalu adalah Utsman. Yang paling mengetahui halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal. Yang paling mengetahui ilmu fara'idh adalah Zaid bin Tsabit. Yang paling bagus bacaan Alqurannya adalah Ubay. Setiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini adab Abi Ubaidah bin Al Jarrah. (HR. Tirmidzi 3791). 

Kelima, Zaid bin Tsabit dikenal luas ilmunya sehingga diibaratkan sebagai tintanya umat. Tinta adalah lambang dari ilmu karena ilmuwan zaman dulu pasti menulis. Zaid bin Tsabit wafat pada tahun 45 H di masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Di hari wafatnya Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah berkata: 'Pada hari ini telah wafat tintanya umat ini. Semoga Allah menjadikan Ibnu Abbas sebagai penggantinya. 

(Sumber:  Ibrah Kehidupan, penulis Mahsun Djayadi, penerbit UM Surabaya Publishing, halaman 121-122)

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement