Senin 16 Oct 2023 16:39 WIB

Sakaratul Maut Antara Mukmin dan Kafir tidak Sama, Ini Perbedaannya yang Mencolok

Sakaratul maut akan dihadapi setiap orang dengan kepedihan berbeda

Rep: Fuji E Permana, Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi kematian. Sakaratul maut akan dihadapi setiap orang dengan kepedihan berbeda.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi kematian. Sakaratul maut akan dihadapi setiap orang dengan kepedihan berbeda.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sakaratul maut adalah proses dicabut nyawa, banyak riwayat dari hadits Nabi Muhammad SAW dana tsar dari generasi salaf yang menggambarkan betapa sakitnya proses dicabutnya nyawa. 

Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya menyampaikan bahwa ada perbedaan sakaratul maut orang beriman dan pendosa atau kafir.

Baca Juga

Orang beriman akan mendapatkan kabar gembira dari utusan Allah SWT saat sakaratul maut. Sebaliknya pendosa atau kafir akan mendapat kunjungan dari sesuatu yang menunjukan tempat untuknya yang buruk.

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ ا الْمَوْتِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ  وَجَلَّ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ فَلَيْسَ ش شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْفَاجِرَ أَووْ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنْ الشَّرِّ أَوْ مَا يَلْققَاهُ مِنْ الشَّرِّ فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ

Dari Anas bin Malik bin An Nadlir bin Dlamdlom bin Zaid bin Haram berkata, “Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapapun senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Siapapun tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah tidak senang bertemu dengannya."  

Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?" Rasulullah SAW bersabda, "Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya."  

photo
Infografis Adab Ziarah Kubur - (Republika)

"Adapun orang yang banyak berbuat dosa atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya." (Musnad Ahmad) 

Setiap manusia akan merasakan terjadinya sakaratul maut. Kejadian ini juga telah terkandung dalam kitab suci Alquran, di mana orang-orang berupaya menghidari darinya.

Dalam surat Qaf ayat 19, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang keniscayaan sakaratul maut sebagai berikut:  

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ  تَحِيدُ Artinya: "Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya." (QS Qaf ayat 19) 

Seperti dikutip dari laman Tafsirweb berikut di antara tafsir dari surat Qaf ayat 19 yang dinukilkan dari sejumlah tafsir modern: 

Baca juga: Ini Rahasia Mengapa Huruf Alif dalam Alquran Bentuknya Tegak Lurus

Tafsir Al-Muyassar:  

“Sakaratul maut dengan kesulitannya datang dengan kebenaran yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa berlari darinya. Itulah yang berusaha kamu hindari dan kamu berlari darinya (wahai manusia).”  

Tafsir as-Sa'di:   

“Artinya, orang yang lari serta mendustakan ayat-ayat Allah ini didatangi oleh “sakaratul maut yang sebenar-benarnya,” yang tidak bisa ditolak dan dihindari. “Itulah yang kamu selalu lari dari padanya,” yang kau hindari dan lari darinya.”  

Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI:  

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, yakni pasti dan tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Datangnya kematian itulah yang dahulu hendak kamu hindari (20) Dan ditiuplah sangkakala, pada hari kiamat itulah hari yang diancamkan, hari kebangkitan manusia untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.”  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement