Ummu Darda terkejut ketika menyaksikan kejadian tersebut. Ia menjerit keras sembari meratap memanggil nama berhala yang telah hancur berkeping-keping itu.
“Engkau kecelakaan saya wahai Abdullah ibnu Rawahah! Kau hancurkan patung yang disembah oleh Abu Darda!,” seru Ummu Darda sambil menampar pipinya berkali-kali.
Dia membayangkan bagaimana kemarahan Abu Darda jika nanti melihat kejadian tersebut. Walau bagaimanapun Abu Darda akan merasa dihina oleh sahabat karibnya tersebut. Kemungkinan besar di antara mereka akan timbul perkelahian.
Setelah Abu Darda pulang, ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan menyaksikan berhala sesembahannya telah hancur berserakan di lantai menjadi belahan batu-batu kecil.
Timbullah kemarahannya kepada Abdullah ibnu Rawahah. Akan tetapi, nafsunya lambat laun mereda juga bagaikan api disiram air yang mengandung hikmah.
Otaknya terus mencari kebenaran yang terlihat di hadapan matanya. Diperhatikan dengan seksama patung sesembahannya tersebut, kemudian ia bergumam perlahan,
“Kalau ia benar Tuhan yang mempunyai kekuatan, mengapa tidak mampu mempertahankan dirinya? Kalau tidak bisa membela dirinya, apalagi untuk membela orang lain?.”
Cahaya Hidayah telah datang menembus kegelapan hati Abu Darda yang selama puluhan tahun hidup dalam dunia kesesatan. Kini muncullah kebenaran hakiki mengisi jiwanya yang paling dalam.
4. Hari itu juga Abu Darda pun langsung menuju ke rumah sahabatnya. Namun, kedatangannya bukan hendak melampiaskan kemarahan, tetapi minta diantar ke rumah Rasulullah SAW.
Baca juga: Alquran Sebut Ada Makhluk Hidup di Luar Angkasa, tapi Apakah Alien? Ini Kata Prof Quraish
Di hadapan Nabi SAW, kemudian Abu Darda mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, ia membaktikan hidupnya untuk beribadah kepada Tuhan dan beramal baik untuk umat manusia.
5. Abu Darda pun dapat mencapai puncak ibadahnya, sehingga ia selalu mengulang-ulang pembacaan ayat suci Alquran yang berbunyi,
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam," (QS Al An'am [6]: 162)
6. Pada akhirnya, dia pun menjadi ulama besar di zaman Rasulullah SAW. Setelah melewati masa kekhusyukan dalam beribadah kepada Allah, Abu Darda wafat pada 652 Masehi.