Selasa 05 Sep 2023 19:51 WIB

Penjelasan Utsman Bin Affan Soal Empat Kenikmatan Ibadahnya 

Utsman bin Affan menyampaikan keikmatan ibadah dalam empat perkara.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
 Penjelasan Utsman bin Affan Soal Empat Kenikmatan Ibadahnya. Foto:  Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.
Foto: Anadolu Agency
Penjelasan Utsman bin Affan Soal Empat Kenikmatan Ibadahnya. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaihul Ibad menyampaikan riwayat yang disampaikan sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Utsman bin Affan Radhiyallahuanhu. Utsman bin Affan menyampaikan keikmatan ibadah dalam empat perkara.

Utsman bin Affan berkata, "Saya mendapatkan kenikmatan beribadah dalam empat perkara. Yaitu pertama, ketika mengerjakan kewajiban-kewajiban Allah. Kedua, ketika menjauhi larangan-larangan-Nya. Ketiga, ketika berbuat amar makruf dan mencari pahala Allah. Keempat, ketika mengerjakan nahi munkar dan memelihara diri dari murka-Nya."

Baca Juga

Penjelasan Utsman bin Affan bahwa kenikmatan ibadah itu terletak pada waktu mengerjakan perintah-perintah Allah baik yang kecil maupun yang besar. Pada waktu menjauhi larangan-larangan Allah baik yang kecil maupun yang besar.

Kenikmatan ibadah ketika mengajak kepada yang makruf (amal kebajikan) yaitu segala perkara yang dianggap baik oleh syara. Mencegah dari yang munkar yaitu dari segala perkara yang telah dilarang oleh Allah, baik ucapan maupun perbuatan dan menjaga murkanya.

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni juga menjelaskan tanda orang-orang yang bahagia. 

"Orang yang paling bahagia adalah orang yang mempunyai hati yang alim, badan yang sabar dan merasa puas terhadap apa yang ada di tangannya." (Kitab Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi al-Banteni)

Hati yang alim artinya menyadari bahwa Allah SWT selalu bersamanya di mana pun ia berada. Karena dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.

Badan yang sabar artinya sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menghadapi segala cobaan.

Puas dengan yang ada di dalam dirinya adalah sikap puas ketika tidak ada lagi harapan melainkan yang ada di hadapannya.

Sumber:

Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement