Selasa 05 Sep 2023 14:50 WIB

Kisah Asiyah, Wanita Teladan Istri Firaun

Aisiyah bukanlah manusia biasa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Asiyah, Wanita Teladan Istri Firaun. Foto: Sahabat Nabi Muslimah
Foto: Pixabay
Kisah Asiyah, Wanita Teladan Istri Firaun. Foto: Sahabat Nabi Muslimah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Asiyah binta Muzahim, istri Firaun, bukanlah wanita biasa. Kekuatan dan status yang ia miliki selamanya tidak akan tertandingi.

Dia adalah seorang wanita yang tidak pernah membiarkan dirinya ditentukan atau dibatasi oleh keadaan yang menyakitkan. Dalam dirinya, ia membawa keyakinan dan kesadaran diri yang begitu dalam, sehingga dia rela mati demi apa yang dia yakini.

Baca Juga

Karena alasan ini, Nabi Muhammad SAW menyebut dia sebagai salah satu wanita terhebat sepanjang masa. Suatu hari, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Banyak laki-laki yang mencapai kesempurnaan, namun tak seorang pun di antara wanita yang mencapai kesempurnaan kecuali Maryam binti Imran dan Asiyah istri Fir’aun. Dan keutamaan Aisyah terhadap wanita-wanita lain seperti keutamaan Tharid terhadap makanan yang lain.” (Al-Bukhari)

Kisah Asiyah dimulai di Mesir, tempat ia tinggal bersama suaminya Firaun, yang dikenal sebagai tiran terbesar sepanjang masa. Setelah diberitahu oleh seorang peramal bahwa ia akan dikalahkan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil, Firaun pun memerintahkan semua bayi laki-laki untuk dieksekusi.

Alquran menggambarkan kehidupan Bani Israil yang mengerikan dalam salah satu suratnya. "Ingatlah ketika Kami menyelamatkan kalian dari pengikut Fir'aun yang menimpakan siksa yang berat kepada kalian; mereka menyembelih putra-putra kalian dan membiarkan hidup putri-putri kalian. Yang demikian itu merupakan cobaan besar dari Tuhan kalian." (QS Al-Baqarah ayat 49)

Ketika Nabi Musa lahir, sang ibu pun ikut mengkhawatirkan nyawanya. Namun, Allah SWT meyakinkannya bahwa dia akan aman dan menyuruhnya memasukkan sang bayi ke dalam keranjang, serta menaruhnya di Sungai Nil.

Dalam QS Al-Qasas ayat 7 disebutkan, "Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul."

Seperti yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, bayi Nabi Musa tiba dengan selamat ke pantai dan ditemukan oleh Asiyah. Ia bahkan mampu meyakinkan suaminya untuk menjaga dan merawat anak tersebut.

Allah SWT lantas berfirman dalam Alquran surat Al-Qasas ayat 8 hingga 9, "Maka dia dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang berdosa. Dan istri Fir‘aun berkata, “(Dia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak,” sedang mereka tidak menyadari (akibatnya."

Maka Musa pun dibesarkan di bawah perlindungan Asiyah di rumah Firaun. Ia tumbuh menjadi seorang nabi besar, yang mengajak umatnya untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Namun, karena penindasan Firaun, hanya sedikit orang yang percaya padanya. Firaun menyatakan dirinya sebagai Tuhan dan banyak Bani Israel yang takut untuk tidak menaatinya.

Allah SWT berfirman dalam Alquran surat An-Nazi'at ayat 23-24, "Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. [79:24] (Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi"."

Bagi mereka yang berani membangkang kepada Firaun dan beriman kepada Musa, ia bersumpah akan memberikan hukuman yang berat. Namun, ketika para penyihir menyadari kebenaran pesan Musa, mereka langsung percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kepada mereka Firaun berkata,"Dia (Fir'aun) berkata, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia itu pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Maka sungguh, akan kupotong tangan dan kakimu secara bersilang, dan sungguh, akan aku salib kamu pada pangkal pohon kurma dan sungguh, kamu pasti akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya.” (QS Taha ayat 71)

Dilansir di //About Islam//, Selasa (5/9/2023), meskipun mengalami penganiayaan, tetapi Asiyah memegang kepercayaannya pada pesan Musa dan berpegang teguh pada keyakinannya. Keyakinannya begitu kuat, hingga dia rela mati demi itu.

Ketika Firaun mengetahui bahwa sang istri mengamini kekuasaan Allah SWT, dia tidak segan untuk menyiksanya dengan kejam. Di sisi lain, keyakinan Asiyah kepada Allah SWT begitu kuat, sehingga menjadikannya simbol abadi.

Dalam QS At-Tahrim ayat 11 disampaikan, "Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dzalim."

Asiyah adalah seorang ratu, istri dari salah satu pria paling berkuasa di muka bumi saat itu. Sepanjang hidup, ia menjalani kehidupan dengan kekayaan dan kemewahan yang tak tertandingi. Namun, dia tahu bahwa rumahnya yang sebenarnya adalah di Surga.

Dia tidak memiliki keterikatan pada kehidupan dan tidak ditentukan oleh kejahatan pria yang dinikahinya. Pikiran dan jiwanya tetap independen dari suaminya, yang mana hatinya bukanlah budak keyakinannya.

Dengan tegas, Asiyah menolak untuk tunduk pada tirani suaminya. Ia pun secara sadar memilih untuk mengabdikan jiwa dan hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam kisah Asiyah ini, terdapat contoh abadi dari seorang wanita yang memilih akhirat, di atas semua gemerlapnya dunia ini. Cintanya kepada Allah SWT dan Rumah bersama-Nya mengilhaminya untuk menghadapi tiran terbesar sepanjang masa, yang harus ia bayar dengan hidup dalam prosesnya. 

Sumber:

https://aboutislam.net/reading-islam/understanding-islam/the-story-of-lady-asiya-the-wife-of-pharaoh/

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement