Senin 04 Sep 2023 17:27 WIB

Tiga Kunci Sukses Dagang dari Para Sahabat Nabi Muhammad SAW

Berdagang adalah salah satu pintu rezeki dalam Islam.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Tiga Kunci Sukses Dagang dari Para Sahabat Nabi Muhammad SAW. Foto:  Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).
Foto: google.com
Tiga Kunci Sukses Dagang dari Para Sahabat Nabi Muhammad SAW. Foto: Perjalanan hijrah Nabi Muhammad bersama Abu Bakar dari Makkah ke Madinah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berdagang adalah salah satu pintu rezeki dalam Islam, dan tidak terbantahkan. Maka siapapun yang berdagang, maka kesuksesan dan keberkahan akan menyertainya.

Namun dalam Islam, berdagang bukan berarti dengan menghalalkan segala cara. Ada tuntunan dalam berdagang yang diajarkan Islam, agar usaha atau perdagangan yang dirintisnya mendapatkan keberkahan dan keberhasilan.

Baca Juga

Berikut ini beberapa kunci sukses dagang atau wirausaha yang dipraktikkan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW, sehingga memperoleh keberkahan berlimpah.

1. Bangun Lebih Awal

Kunci pertama adalah bangun lebih awal. Hal ini terekam dalam hadits yang diriwayatkan dari Sakhr Al Ghamidi, sebagaimana berikut:

 عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا قَالَ وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ أَوَّلَ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلًا تَاجِرًا وَكَانَ إِذَا بَعَثَ تِجَارَةً بَعَثَهُمْ أَوَّلَ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ

Rasulullah SAW berdoa, "Allahumma baarik li-ummati fii bukuu-riha." (Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada umatku pada waktu pagi buta). Jika beliau SAW mengirim pasukan, maka beliau mengirim mereka pada waktu pagi hari.

Sakhr adalah seorang pedagang, dan bila dia mengirim barang dagangan, maka ia mengirimnya pada pagi hari, lalu ia meraih keuntungan dan bertambah banyak hartanya." (HR Tirmidzi) Hadits serupa juga diriwayatkan dari Ali RA, Ibnu Mas'ud RA, Buraidah RA, Anas bin Malik RA, Abdullah bin Umar RA, Ibnu Abbas RA dan Jabir RA.

2. Tidak Lalai Beribadah kepada Allah

Para sahabat Nabi melakukan perdagangan tanpa meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Mereka taat menjalankan perintah Allah SWT dan tidak meninggalkannya. Sahabat Nabi SAW, Ibnu Abbas RA memberikan kesaksian terhadap cara dagang yang dilakukan oleh para sahabat Nabi SAW, seperti tertulis dalam kitab Al Kabiir.

Ibnu Abbas RA berkata:

 

 كانوا تجارًا لا تلهيهم تجارة ولا بيع عن ذكر الله .[أخرجه الطبراني في الكبير].

"Mereka (para sahabat Nabi SAW) adalah para saudagar yang selalu mengingat Allah dan tidak terganggu oleh perdagangan ataupun transaksi jual beli." (HR Ath-Thabrani, dalam Al Kabiir)

Allah SWT berfirman, "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An Nur ayat 37)

3. Mempermudah

Sahabat Nabi SAW selalu memberikan kemudahan dalam transaksi berjual beli. Seorang penjual tidak mempersulit pembeli, begitupun sebaliknya. Hal ini seperti yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا سَمْحًا إذا باعَ، وإذا اشْتَرَى، وإذا اقْتَضَى.

Allah SWT merahmati orang yang memudahkan ketika ia menjual (sebagai pedagang), ketika membeli (sebagai pembeli), dan juga ketika meminta haknya. (HR Bukhari, dari Jabir bin Abdullah RA)

Hadits tersebut mengulas tentang rahmat Allah SWT yang dilimpahkan kepada orang-orang yang bersikap Al Samahah atau toleran. Toleran yang dimaksud adalah mempermudah segala sesuatu, tidak keras kepala.

Jika dia seorang pedagang, maka tidak boleh keras kepala tetap menaikkan harga dan memaksakannya. Ini tidak boleh dalam Islam. Jika seorang Muslim berlaku sebagai seorang pembeli atau konsumen, maka tidak boleh merendahkan nilai barang dan memaksakan hal itu.

Bila seorang Muslim sedang meminta hak kepada seseorang yang berutang kepadanya, maka tidak boleh bersikap kasar terhadap orang yang punya utang tersebut, terlebih kepada fakir miskin.

Tiga macam orang tersebut harus menggunakan akhlak, kelembutan dan kebaikan hati serta memberikan kelonggaran. Ketika seorang Muslim melepas kesulitan orang lain, maka rahmat Allah SWT dilimpahkan kepadanya.

 

 

 

 

sumber : Dorar.net
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement