Rabu 16 Aug 2023 14:38 WIB

Chik Di Tiro Ulama Paling Ditakuti Penjajah, Wafat Oleh Penghianat Bangsa 

Chik Di Tiro merupakan pahlawan yang mengharumkan nama bangsa.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi mendoakan pahlawan.
Foto:

Utusan pejuang Aceh yang berasal dari Aceh Besar setelah menjumpai Teungku Chik Di tiro menyampaikan amanah bahwa daerah Aceh Besar telah dikuasai oleh Belanda. Oleh karena itu mereka sangat membutuhkan bantuan dari saudara-saudaranya yang ada di Pidie.

Untuk menumbuhkan semangat juang yang tinggi serta menyadarkan kembali sebagian masyarakat terutama para uleebalang yang telah bersekutu dengan Belanda. Maka sangat dibutuhkan seorang ulama kharismatik sebagaimana halnya Teungku Chik Di Tiro.

Penghianat Bangsa 

Perjuangan Teungku Chik Di Tiro memang telah membawa nuansa baru dalam peperangan melawan Belanda di Aceh. Dalam masa 10 tahun lebih ia memimpin peperangan melalui konsep perang sabilnya.

Teungku Chik Di Tiro telah dapat merebut kembali sebagian besar daerah dalam Aceh Besar. Tinggal hanya daerah di sekitar Kutaraja (Kotamadya Banda Aceh sekarang) saja yang belum dapat direbutnya.

Penjajah Belanda akhirnya dengan siasat sangat licik berhasil membunuh Teungku Chik Di Tiro pada 25 Januari 1891. Ulama besar dan pejuang kemerdekaan ini meninggal bukan karena Belanda menembaknya di medan perang. Belanda membayar pengkhianat bangsa yang bersedia memberinya racun dalam makanan yang dihadiahkan kepadanya sebagai sumbangan yang diberi narna khanduri untuk Teungku'.

Dilansir dari buku Tokoh Agama Dalam Perjuangan Kemerdekaan 1945-1950 di Aceh yang ditulis Rusdi Sufi, Muhammad Nasir, Zulfan dan diterbitkan Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997.

Untuk diketahui, Teungku Chik di Tiro Muhammad Saman lahir di Tiro, Pidie, Kesultanan Aceh Darussalam pada 1 Januari 1836.

Teungku Chik di Tiro wafat pada 31 Januari 1891 (umur 55). Versi lain mengatakan bahwa wafatnya ulama besar ini pada 25 Januari 1891. Ulama besar yang memimpin perlawanan terhadap penjajah ini wafat diracun oleh penghianat bangsa suruhan penjajah Belanda.

Teungku Chik di Tiro dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat. Ketika adia menunaikan ibadah haji di Makkah, ia memperdalam lagi ilmu agamanya. Selain itu, tidak lupa ia menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana, sehingga ia mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme.

 

Sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya, Teungku Chik di Tiro sanggup berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan, maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Keyakinan ini dibuktikan dengan kehidupan nyata, yang kemudian lebih dikenal dengan Perang Sabil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement