Rabu 16 Aug 2023 14:38 WIB

Chik Di Tiro Ulama Paling Ditakuti Penjajah, Wafat Oleh Penghianat Bangsa 

Chik Di Tiro merupakan pahlawan yang mengharumkan nama bangsa.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi mendoakan pahlawan.
Foto:

Ketika Belanda memaklumkan perang kepada Kerajaan Aceh (tahun 1873), Teungku Chik Di Tiro adalah sebagai pimpinan Dayah di Tiro.

Teungku Chik Di Tiro ini selalu berseru kepada orang-orang di Pidie agar ikut berperang sabil ke Aceh Besar. Oleh karena kedalaman ilmu pengetahuan agamanya, Teungku Chik Di Tiro mempunyai pengaruh yang besar dalam masyarakat.

Untuk membantu usaha Teungku Chik Di Tiro dalam mengerahkan kekuatan rakyat berperang sabil melawan penjajah Belanda, maka ia mengangkat Syeh Muhammad Saman Tiro sebagai tangan kanannya.

Ulama Paling Ditakuti Belanda

Teungku Chik Di Tiro selalu memupuk semangat rakyat untuk berjihad pada jalan Allah, baik melalui khotbah-khotbah maupun tulisan hikayatnya. Melalui pemupukan semangat, perang sabil yang dilakukannya, tidak hanya membangkitkan jiwa patriotisme rakyat Aceh dalam melawan kaum kafir dan penjajah Belanda, tetapi juga telah mengangkat karirnya sebagai seorang ulama yang paling ditakuti oleh Belanda. 

Hal ini dapat dilihat dalam salah satu instruksi rahasia dari Gubernur Jenderal Belanda pada Maret 1882, yang menyebutkan bahwa akan diberikan hadiah kepada orang-orang Aceh jika sanggup menangkap dan menyerahkan para pejuang dan pemimpin Aceh seperti Teungku Chik Di Tiro dan lain-lain. Siapa saja yang berhasil menangkapnya dalam keadaan hidup atau mati, maka Belanda akan memberikan hadiah sebanyak 1.000 Dollar. 

Ketakutan Belanda terhadap Teungku Chik Di Tiro tidak hanya menyangkut pengaruh pribadinya. Tetapi juga karena Teungku Chik Di Tiro telah dapat menembus sistem pertahanan Belanda yang dimulai sejak 1884. Sistem pertahanan konsentrasi yang lebih mementingkan konsolidasi kekuatan di daerah-daerah yang telah dikuasai, ternyata telah dapat dipergunakan oleh para pejuang Aceh secara efektif. Mereka bahkan dengan mudah dapat menyerang pertahanan Belanda yang labil itu. 

Sementara itu melalui pertahanan model konsentrasi seperti ini telah menyebabkan pihak Aceh dapat memasukkan senjata dari Pulau Pinang. Oleh sebab itu, pemerintah Hindia Belanda pada November 1883 dan Apri 1885 meminta kepada pemerintah Inggris agar menghentikan ekspor senjata kepada pihak Aceh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement