Senin 14 Aug 2023 21:47 WIB

Tentara Bayaran Berkedok Perusahaan Keamanan Ikut Bertempur

Ide tentara bayaran bukan hal baru.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Tentara Bayaran Berkedok Perusahaan Keamanan Ikut Bertempur.   Foto: Ilustrasi senjata
Foto: www.freepik.com
Tentara Bayaran Berkedok Perusahaan Keamanan Ikut Bertempur. Foto: Ilustrasi senjata

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dari Blackwater Amerika di Irak hingga Wagner Rusia di Ukraina, peran tentara (reguler) telah menurun dan tentara bayaran yang bernaung di bawah perusahaan keamanan swasta mengalami peningkatan.

Ide tentara bayaran bukan hal baru. Kerjaan mereka untuk tujuan militer sudah ada sejak zaman kuno. Kemenangan yang diraih oleh kelompok Wagner Rusia di Ukraina, dan yang terbaru adalah yang di Bakhmut. Ini menunjukkan adanya sejumlah perusahaan keamanan yang telah berubah menjadi pasukan kecil yang berperang di lebih dari satu negara.

Baca Juga

Pertempuran Bakhmut adalah yang terpanjang dan paling berdarah sejak dimulainya serangan Rusia di Ukraina pada 24 Februari 2022, sebuah serangan yang digambarkan Moskow sebagai "operasi militer khusus". Kemenangan Rusia dalam pertempuran itu sejatinya diraih oleh Grup Wagner dengan mengorbankan tentara Ukraina yang didukung oleh Barat.

Kapan Awal Mula Tentara Bayaran Digunakan?

Di hadapan tentara reguler, tentara bayaran dari Wagner Group Rusia menguasai kota Bakhmut, Ukraina. Ini menimbulkan pertanyaan tentang peran yang dimainkan oleh perusahaan semacam itu, apakah dunia menuju privatisasi atau swastanisasi perang? Apakah ini juga menandakan penurunan fungsi tentara dalam konflik, hukum internasional, dan implikasinya terhadap hak asasi manusia dan akuntabilitas hukum?

Perusahaan keamanan atau perusahaan militer muncul untuk pertama kalinya setelah Perang Dunia II. Namun akarnya sudah kuno dan terkait dengan gerombolan tentara bayaran, yang dibayar sebagai imbalan untuk melakukan operasi militer seperti pembunuhan, pemblokiran jalan, melindungi konvoi dan VIP, dan berpartisipasi dalam perang.

Beberapa negara dan kerajaan sepanjang sejarah merekrut tentara bayaran, dan bahkan memiliki pasukan militer tentara bayaran. Mirip dengan Kekaisaran Romawi, yang menjadi salah satu alasan kejatuhannya karena lebih mengandalkan pasukan tentara bayaran dan kegagalan pemudanya untuk bergabung dengan tentara dan berpartisipasi dalam pertempuran.

Prancis hingga saat ini masih mempertahankan Legiun Asing (Brigade Asing) yang didirikan pada tahun 1831. Sebagian besar terdiri dari unsur-unsur asing dengan tujuan memperluas kolonisasi Aljazair dan dari sana ke berbagai bagian benua Afrika. Hal ini untuk mencegah orang asing bertugas di tentara Prancis setelah Revolusi Juli 1830.

Lambat laun, kata "tentara bayaran" dihias sedemikian rupa hingga menjadi sebuah nama baru yang bersifat komersial, yaitu jasa keamanan atau jasa militer. Meski, hal ini menimbulkan kontroversi terkait legitimasinya.

Pada tahun 1990, telah ditandatangani Konvensi Internasional Menentang Perekrutan, Penggunaan, Pembiayaan dan Pelatihan Tentara Bayaran. Konvensi ini mengkriminalisasi fenomena tentara bayaran. Namun beberapa negara telah melegalkan pendirian perusahaan keamanan dan militer, seperti Amerika Serikat. Sedangkan negara lain membiarkan adanya tentara bayaran walaupun secara undang-undang, itu dilarang. Seperti perusahaan Wagner di Rusia.

Perusahaan keamanan Blackwater Amerika adalah salah satu perusahaan yang paling terkenal selama invasi Amerika ke Irak. Kehadirannya dikaitkan dengan beberapa pembantaian paling keji yang merenggut nyawa puluhan warga sipil Irak, dan memicu kontroversi yang berkepanjangan.

Blackwater Amerika kembali mengemuka di masa akhir kepresidenan Donald Trump setelah dia mengeluarkan grasi presiden bagi 4 anggota Blackwater yang divonis melakukan pembantaian di Baghdad pada 2007, yang menewaskan lebih dari 10 warga sipil Irak, dan memicu kemarahan internasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement