Senin 14 Aug 2023 10:03 WIB

Tentara Bayaran dalam Islam: Dari Budak Slavia Dinasti Fatimiyah Hingga Legiun Janissari

Dari peradaban Romawi hingga Islam tentara bayaran adalah fenomena lazim.

Pasukan elit Ottoman Jannissari. Pasukan ini sangat ditakuti di Eropa kala itu. Terdiri dari para rekrutan anak yatim di wilayah Ottoman dan pasukan bayaran dari berbagai negara di Eropa, teritama dari kawasan semenajnjung Iberia.
Foto: turkinesia
Pasukan elit Ottoman Jannissari. Pasukan ini sangat ditakuti di Eropa kala itu. Terdiri dari para rekrutan anak yatim di wilayah Ottoman dan pasukan bayaran dari berbagai negara di Eropa, teritama dari kawasan semenajnjung Iberia.

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Tentara bayaran pada masa modern ini ada di mana-mana. Ini misalnya terjadi pada masa perang invasi Amerika Serikat ke Irak. Dalam perang Ukraina versus Soviet kini jasa tentara bayaran juga dipakai.

Baca Juga

Bahkan, di Indonesia pada masa lalu, kolonial Belanda memakai jasa mereka. Dalam perang Jawa, banyak tentara bayaran dari berbagai negara Eropa termasuk dari negara Afrika. Tangsi tentara bayaran zaman Belanda itu dahulu berada di Purworejo. Tempat itu merupakan tangsi tentara berkulit hitam asal Afrika. Komplek itu kini menjadi markas tentara TNI konpi serbu pasukan infantri.

Bila dirunut lagi dengan mengacu pada sejarah juga terjadi sejak era zaman Romawi, Persia, hingga Ottoman. Sedangkan khusus dalam masa kekhalifahan dari sekian banyak variasi dan bentuk ilmu militer peninggalan peradaban Islam, salah satunya adalah munculnya fenomena tentara bayaran sebagai penopang utama sebuah kekuasaan.

Hal ini misalnya terjadi pada Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Masa pemerintahan dinasti ini berlangsung hampir dua abad lamanya, antara tahun 909 M hingga 1171 M. Nama Fatimiyah yang mereka pakai sebagai klaim bahwa penguasa dinasti ini adalah masih keturunan Nabi Muhammad Saw dari garis putrinya: Fatimah.

Mereka terpaksa memakai tentara bayaran karena dinasti yang memusatkan pemerintahannya di Mesir ini adalah penganut Syiah Ismailiyah. Padahal, waktu itu pengikut syiah adalah kelompok minoritas di kota itu. Penduduk Mesir sebagian besar menganut Islam dengan mazhab Suni. Jadi, tentara bayaran oleh Kekhalifahan Fatimiyah dipakai sebagai jalan keluar untuk melanggengkan kekuasaan karena warga Mesir memang tidak suka kepadanya. Selain itu, legiun ini juga dipakai sebagai alat untuk membasmi berbagai pemberontakan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement