REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepedulian masyarakat perkotaan terhadap alam sekitar semakin rendah. Ini terlihat dari semakin sedikitnya area hijau yang ditumbuhi pepohonan di kota-kota besar. Bahkan seperti di Jakarta, sedikitnya pohon di Jakarta menjadi salah satu penyebab makin buruknya kualitas udara yang di ibu kota.
Sementara, agama Islam sangat memperhatikan tentang kelestarian alam. Sebab menjaga alam dan lingkungan merupakan bagian dari ibadah. Seorang Muslim diajarkan agar dapat membangun hubungan baik dengan alam (Hablum minal 'alam).
Sebab itu, Muslim dilarang melakukan perusakan terhadap alam dengan tanpa hak. Rasulullah SAW ketika peperangan bahkan menyerukan pada para sahabat agar jangan sampai membabat tumbuhan.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik yang menjadi salah satu landasan bagi setiap Muslim untuk terus menjaga kelestarian alam sampai hari kiamat.
إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا َقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
Artinya: “Jika terjadi hari akhir sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari akhir untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari)
Yayasan Ad Durar as Sunniyah yang diasuh Sykeh Alwi bin Abdul Qodir Assegaf dalam laman dorar.net memberikan penjelasan tentang esensi dari hadits tersebut. Hadits ini diriwayatkan oleh Anas bin Malik dan merupakan hadits sahih.
Hadits ini menjelaskan syariat Islam mendorong umat Islam agar memakmurkan atau merawat bumi dan menanaminya. Sebagaimana seorang Muslim menghendaki untuk selalu berbuat baik dalam setiap keadaannya.
Dan menerima manfaat dari merawat bumi dan menanaminya baik bagi dirinya dan bagi orang lain. Dan di dalam hadits Nabi SAW dijelaskan bahwa setiap perbuatan dari kebajikan, kebaikan dan sedekah yang memberi manfaat bagi orang lain (tercatat sebagai ibadah) meskipun pelakunya tidak melihat buah hasil dari yang dikerjakannya.
Lafadz Inna Qomatis Sa'ah...