Rabu 09 Aug 2023 16:45 WIB

Jujur Kiat Menuju Selamat

Sifat jujur seperti pedang Allah di muka bumi.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
 Jujur Kiat Menuju Selamat. Foto: Jujur itu pilihan (ilustrasi)
Foto: katamutiarabijak.net
Jujur Kiat Menuju Selamat. Foto: Jujur itu pilihan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Jujur artinya apa yang diucapkan oleh lisan selaras dengan perbuatannya dan juga yang ada didalam hatinya. Meski jujur Nampak sangat mudah dilakukan, tapi dalam kondisi dan situasi tertentu, jujur merupakan perbuatan yang sangat mahal.

Dikutip dari buku “66 Hadits Pilihan” karya A.R Shohibul Ulum, Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengibaratkan sifat jujur seperti pedang Allah di muka bumi. Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atasnya, melainkan akan terpotong olehnya. Dan tidaklah kejujuran menghadapi kebatilan, melainkan ia akan melawan dan mengalahkannya. Serta, tidaklah ia menyerang lawannya, melainkan ia akan menang.

Baca Juga

Barang siapa menyuarakannya, niscaya kalimatnya akan terdengar keras mengalahkan suara musuh-musuhnya. Jadi, kejujuran memiliki efek yang sangat baik bagi kita. Dengan melakukan sifat jujur, diri kita akan terbawa kepada kebaikan.

Dalam hadis dari sahabat Abdullah bin Mas'ud juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas'ud menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, "Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Muslim, no. 2607).

Begitu pula dalam hadits dari Hasan bin Ali, Rasulullah saw bersabda:

"Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa." (HR. at-Tirmidzi, no. 2518 dan Ahmad, 1/200. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syekh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jujur adalah suatu kebaikan, sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan. Sebaliknya, kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa.

Manfaat jujur tidak saja bersifat pribadi, tetapi juga dirasakan maslahatnya oleh banyak orang. Sebab, Nabi telah membuktikannya. Dengan kejujuran beliau, masyarakat Makkah sangat terbantu. Saat mereka bepergian, mereka bisa bernapas lega, karena harta berharganya tetap aman. Sebab, mereka telah menitipkannya kepada Rasulullah. Lantas, bersemainya kejujuran akan mengeksiskan beragam kebaikan dan menyingkirkan keburukan di tengah masyarakat.

Manfaat jujur itu memang terkadang tidak langsung bisa dinikmati. Tidak jarang buah kejujuran harus didahului oleh kepahitan dan kesulitan. Akan tetapi dengan tetap sabar dalam kejujuran, pasti akan tiba masa kita merasakan keindahannya.

Ka'ab bin Malik merupakan salah satu fakta sejarah yang membuktikan hal tersebut. Saat absen dalam perang Tabuk, ia bisa lolos dari hukuman dengan merekayasa alasan, sehingga dinilai oleh Nabi saw sebagai orang yang absen karena ada uzur.

Tapi, Ka'ab enggan melakukan itu. Ia memilih jujur lalu Rasulullah menghukumnya dengan tidak diajak berbicara oleh beliau dan seluruh kaum Muslimin kota Madinah. Sungguh menyakitkan dan sangat menyulitkan. Akan tetapi, Ka’ab bersabar karena ia yakin ujung dari itu semua adalah keindahan.

Ketika berlalu 50 hari masa pemboikotan, Allah memuliakannya dengan menurunkan ayat yang memastikan jika tobatnya Ka'ab dan dua sahabat yang lain (Hilal dan Murarah) telah diterima oleh Allah.

Menjadi sosok yang jujur memang membutuhkan kesabaran. Sebab, dusta terkadang menawarkan sesuatu yang lebih menjanjikan dan menggiurkan. Untuk menepis tawaran yang sejatinya adalah fatamorgana, hendaklah kita selalu bersama dengan orang-orang jujur. Allah berfirman yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)." (QS. at-Taubah: 119).

Dengan demikian, jika kita senantiasa menjauhi kedustaan, niscaya kita akan mendapatkan pahala sebagai orang-orang yang jujur dan selamat dari siksa api neraka untuk para pendusta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement