REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Shalahuddin Al Ayyubi adalah pahlawan kunci dalam pembebasan kota suci Yerusalem dari Tentara Salib, yang kemudian pertempuran ini populer dengan sebutan Perang Salib. Namun siapa sangka ada kisah yang luput dari perhatian tentang kisah lahirnya sang pembebas Yerusalem itu.
Shalahuddin Al Ayyubi dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Ayahnya, Najm Al Din Ayyub atau Najmuddin Ayyub, kehilangan kekuasaan dan jabatan atas benteng Tikrit. Diketahui, Najmuddin Ayyub adalah penguasa Tikrit di Irak. Najmuddin Ayyub juga kehilangan negeri karena mereka sekeluarga diusir keluar dari wilayah tersebut.
Dikutip dari 'Shalahuddin al-Ayyubi: Pahlawan Perang Salib' karya Mahmud Syalabi, Shalahuddin Al Ayyubi lahir di tengah perjalanan pengungsian itu. Ayah Yusuf (nama kecil Shalahuddin Al Ayyubi) berkata:
"Anak itu lahir dalam keadaan yang benar-benar menyedihkan. Saya benar-benar merasa sial dengan kelahirannya. Dia lahir di malam saat saya kehilangan jabatan dan kekuasaan atas benteng Tikrit, di saat kami terusir keluar dari negeriku..."
Ayah Yusuf sangat menyesal atas kelahiran putranya itu. Namun, justru pandangan sebaliknya disampaikan oleh sejumlah sahabatnya. Mereka berkata:
"Perkataanmu tidak tepat. Kami justru melihat sebaliknya. Firasat kami mengatakan, kelahiran ini tidak akan membawa kesialan bagimu. Percayakah engkau? Anak ini kelak akan menjadi seorang raja yang agung, namanya baik dan terkenal. Bahkan suaranya akan bergaung ke seluruh bumi dan menjulang ke angkasa."
Ternyata benar. Penyesalan ayah Shalahuddin pupus sudah. Shalahuddin sejak kecil telah memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi orang besar. Sejak kecil, dia telah menunjukkan kemahirannya menunggang kuda.
Awal mula karier Shalahuddin Al Ayyubi adalah ketika terjadi pergolakan di Mesir, tepatnya pada masa khalifah Fathimiyah terakhir yakni Khalifah Al 'Adhid, di mana terjadi perebutan kekuasaan dan jabatan sebagai perdana menteri.
Saat itulah awal Shalahuddin meniti karier. Saat sedang terjadi pergolakan, Mesir meminta bantuan Raja Nuruddin dari Dinasti Zanki yang menguasai Suriah pada 1146 M hingga 1174 M.
Lalu Raja Nuruddin mengutus pasukan yang dipimpin oleh Asaduddin Syirkuh (saudara kandung ayah Shalahuddin) untuk memantau kondisi Mesir. Di antara pasukan tersebut, ada Shalahuddin Al Ayyubi sebagai perwira.
Momen itulah yang menjadi cikal bakal melesatnya karier Shalahuddin Al Ayyubi. Kekhalifahan Al 'Adhid di Mesir terselamatkan. Kemudian Asaduddin Syirkuh diberi jabatan sebagia perdana menteri. Namun hanya berselang dua bulan lima hari, jabatan perdana menteri itu diserahkan kepada Shalahuddin.