Selasa 04 Jul 2023 15:43 WIB

Kekejaman Pasukan Salib dan Kearifan Pasukan Shalahuddin Al Ayyubi

Sikap Shalahuddin Al Ayyubi saat mengetahui pasukannya menculik bayi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Erdy Nasrul
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem. Shalahuddin al-Ayyubi merupakan tokoh perang tersebut.
Foto: wikipedia
Suasana perang salib memperebutkan Yerusalem. Shalahuddin al-Ayyubi merupakan tokoh perang tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terlepas dari pertempurannya pada Perang Salib, Shalahuddin Al Ayyubi menyimpan jiwa yang penuh kasih sayang selama memimpin. Kasih sayangnya terlihat saat tentaranya salah sasaran dalam operasi menyusup ke kemah pasukan lawan.

Suatu kali, pasukan Shalahuddin bertugas menyusup ke daerah lawan, yang dilakukan pada malam hari. Mereka bertugas untuk menculik orang-orang penting dari pasukan lawan dari kemah-kemahnya. Namun ada seorang sukarelawan dari pasukan tersebut yang salah mengambil karena yang diambil adalah seorang bayi.

Baca Juga

Dalam Shalahuddin al-Ayyubi: Pahlawan Perang Salib karya Mahmud Syalabi, yang diterjemahkan oleh Abdullah Mahdamy, disebutkan bahwa hilangnya bayi dari kemah saat tengah malam itu langsung diketahui oleh sang ibu.

Seketika wanita itu menangis keras, yang kemudian ia dibawa untuk menghadap raja Eropa. Mendengar kisah yang menimpa si ibu, raja Eropa tersebut menyarankan agar menghadap Sultan Shalahuddin.

"Cobalah pergi ke Sultan Shalahudin. Adukan masalahmu kepadanya. Aku yakin dia akan mengabulkan permohonanmu. Aku dengar dia berhati lembut, penuh kasih sayang. Pergilah, kami mengizinkanmu. Segeralah berangkat, mintalah anak itu kepadanya," kata raja itu.

Sang ibu pergi ke kemah pasukan Islam. Sesampainya di pos penjagaan, dia ditanyai penjaga. Lalu wanita itu menceritakan masalahnya, dan segera diantarkan penjaga kepada Sultan Shalahuddin. Saat melihat sultan, si ibu itu langsung jatuh dan menangis terisak-isak.

Sultan Shalahuddin yang sedang berada di atas kuda di tengah-tengah pengawalnya pun melihat keadaan wanita itu dan segera menanyakan sebab mengapa menangis. Setelah mendengar ceritanya, sultan terharu, bahkan sampai meneteskan air mata.

Kemudian Shalahuddin memerintahkan untuk mengembalikan bayi itu. Namun ternyata bayinya sudah dijual di pasar. Mengetahui itu, Shalahuddin memerintahkan untuk menebus kembali bayi tersebut. Dia sendirilah yang membayar harga tebusannya. Shalahuddin tetap di atas kuda sampai bayi ditemukan.

Hingga akhirnya, bayi ditemukan dan diserahkan kepada sang ibu yang menunggu. Wanita ini langsung menangis tersedu karena perasaannya bercampur bahagia dan terharu. Si ibu mengucapkan terima kasih. Matanya berurai air mata. Semua yang ada di situ pun ikut meneteskan air mata.

Seusai bayi dan ibunya kembali bertemu, Shalahuddin segera memerintahkan untuk mengantarkan ibu dan anak tersebut pulang. Mereka diantar di atas kuda oleh beberapa pengawal sampai tiba dengan selamat di perkemahannya.

Kejadian itu membuat lawan-lawan Shalahuddin bersimpati atas sikapnya. Mereka menyebut Shalahuddin sebagai seorang yang berjiwa penuh kasih sayang. Sebutan ini menambah deretan kemuliaannya. Kedudukan yang tinggi tidak menghilangkan sifat-sifat mulianya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement