REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Usia Sarah tidak muda lagi. Pada satu titik, dia merasa Ibrahim AS, suami yang selalu dia temani dalam meniti jalan dakwah, butuh keturunan.
Ibrahim butuh penerus untuk mendukung perjuangannya di muka bumi. Jika mereka tak memiliki keturunan, bagaimana kondisi kaum Kan'an sepeninggal Nabi Ibrahim?
Dikutip dari Sarah, Perempuan Penggenggam Cinta Karya Sinta Yudisia dijelaskan bahwa, Sarah yang sudah menginjak paruh baya pun memutuskan, suaminya harus menikah lagi.
Ibrahim menolak karena dia amat mencintai Sarah. Tidak terpikir olehnya mendua hati. Sarah terus mendesak suaminya.
Dia mengingatkan Ibrahim akan tugasnya yang harus ditunaikan. Allah SWT pun telah menjanjikan keturunan kepada mereka untuk menjadi bangsa penakluk dunia.
Ikhtiar Sarah membuat Ibrahim menerima proposalnya untuk menikah lagi. Sarah memilih Hajar sebagai madunya. Dalam satu rumah, mereka saling mencintai dan menghormati.
Pada usianya yang sudah tidak muda, Sarah tidak cemburu menyaksikan cinta yang bersemi antara Ibrahim dan Hajar.
Meski demikian, fitrahnya sebagai perempuan teriris melihat kehamilan Hajar yang membesar. Dalam satu riwayat dikisahkan, Hajar mengatakan bahwa dia sudah hamil, meski Ibrahim baru sebentar bersamanya. Sementara Sarah tidak bisa hamil, meski sudah menjadi istri Ibrahim selama puluhan tahun.
Sarah tak lagi sanggup menahan linangan air mata dan kepedihan hati. Dia pun mengutarakannya kepada sang suami. Sarah juga melontarkan sumpah akan melukai Hajar jika madunya itu berkata di luar batas.
Ibrahim AS yang mendengar ucapan itu menjadi khawatir. Dia paham, Sarah tidak akan berhenti pada perkataan saja.
Hajar lantas diberi sanksi karena perkataan itu. Hanya, bukan hukuman yang menyakitkan fisik, tetapi hukuman yang mengingatkan. Dua telinganya ditindik dan dia menjalani khitan. Setelah peristiwa itu, hubungan mereka kembali normal.
Sarah bahkan amat berbahagia menyambut kelahiran Ismail AS. Dia ikut menyiapkan segala sesuatunya.
Sebagai seorang perempuan, Sarah diuji karena menunggu buah hati hingga berusia 60-70 tahun. Sarah yang sudah sedari awal mendampingi Ibrahim menyaksikan beragam mukjizat yang diturunkan Allah SWT untuk suaminya.
Sarah melihat sendiri bagaimana api takluk ketika Ibrahim dibakar Namrudz. Sarah pun dibuat heran saat Firaun yang amat berkuasa tak luk tak berdaya akibat kekhusyukan doanya.
Sarah mengadu kepada Allah SWT. Dia beribadah dan bersujud, kemudian mengadukan kesedihannya. Dia memohon perlindung an kepada Allah SWT.
"Ya Allah, jikalah Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan Rasul-Mu, mengetahui bahwa aku menjaga kehormatanku untuk suamiku, maka janganlah kau jadikan raja kafir itu berkuasa atasku," kata Sarah sembari menangis.
Sarah kemudian bertemu dengan Firaun. Melihat kecantikannya, timbul nafsu dalam diri Firaun. Berkali-kali sang raja ingin menyentuh Sarah, tapi tangannya terasa lumpuh. Firaun tak mampu bergerak. Tangannya terpaku di dada.