REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sangat banyak kisah pemimpin dan pejabat yang amanah dalam sejarah Islam. Namun, para pemimpin umat Islam zaman dulu tak berambisi dengan jabatan. Mereka hanya memiliki niat ikhlas berjuang di jalan Allah.
Di antara pemimpin umat Islam yang amanah adalah Khalid bin Walid. Namun, karena suatu alasan, dia pun dicopot oleh Khalifah Umar bin Khattab sebagai panglima perang umat Islam. Padahal, kepemimpinan Khalid telah membawa kegemilangan bagi Islam.
Siapa yang tak kenal sahabat Khalid bin Walid? Dia adalah panglima perang terbaik pada zaman pemerintahan khalifah Umar dan sangat disegani oleh lawan dan dicintai kawan. Kariernya sebagai panglima perang sungguh cemerlang.
Sahabat yang dijuluki sebagai “Pedang Allah” itu adalah seorang panglima perang yang belum pernah terkalahkan di setiap pertempuran yang dipimpinnya. Ia pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium yang berjumlah 240 ribu hanya dengan 46 ribu pasukannya.
Saat menghadapi Persia, Irak, dan lain sebagainya, Khalid bin Walid selalu ditakdirkan menang oleh Allah SWT sehingga prajuritnya pun mulai memuji dan memujanya. "Hidup Khalid, hidup panglima perang, hidup pedang Allah yang terhunus," begitulah dia dipuji.
Orang-orang bahkan membuat banyak syair dan lagu untuk memuji kepahlawannya yang masyhur itu. Namun, saat Khalid sedang menyusun strategi untuk menggempur Byzantium atau Romawi Timur, datanglah surat perintah agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.
Khalid yang sedang memimpin rapat tentu tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Dengan perhitungan bahwa kalau ia menyerahkan jabatan tersebut saat sedang rapat untuk menyerang Byzantium, akan terjadi kekacauan.
Karena itu, dia menyelesaikan rapat tersebut terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan cara menyerang Byzanitum, barulah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.
Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kemudian kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umar bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada Umar terkait pemecatan dirinya tersebut. Karena, dia khawatir ada kekeliruan yang diperbuatnya selama memimpin perang.
Khalid memang mempunyai kelemahan di bidang tata administrasi dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan keuangan dari dana perjuangan itu.
Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan karena itu, melainkan untuk menjaga akidah umat. Bagi Umar, Khalid memang pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran. Namun, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untuknya dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata.
Umar pun merasa khawatir umat Islam menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab, Umar terpaksa harus membuktikan kepada seluruh umat bahwa Khalid hanyalah hamba Allah dan Umar mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur.
Setelah mendengar penjelaskan Khalifah Umar, Khalid tersadar dan menerima keputusan Umar itu dengan keikhlasan yang sungguh-sungguh. Khalid pun mundur dari hadapan Khalifah Umar seraya terjun lagi ke medan pertempuran dan maju menyerang musuh, tidak lagi sebagai penglima perang, tetapi sebagai prajurit biasa.
Semua orang pun heran melihatnya, mengapa setelah dipecat Khalid masih mau terjun ke medan perang. Lalu Khalid berseru, “Aku bertempur dan berjuang tidak karena Khalifah Umar, tetapi aku berjuang karena Allah semata!.”
Masih adalah sosok seperti Khalid bin Walid di zaman sekarang ini? Dialah pemimpin yang amanah dan tidak gila jabatan. Baginya, jabatan itu amanah, yang kelak harus dipertanggungjawabkan. Karena itu, jadikanlah jabatan sebagai wasilah menebar kebaikan.