Kamis 11 May 2023 14:59 WIB

Buya Hamka Jelaskan Syarat Taubat Atas Dosa ke Sesama Manusia

Dalam riwayat Abu Hurairah, Nabi SAW bertaubat lebih dari 70 kali dalam sehari.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Buya Hamka Jelaskan Syarat Taubat Atas Dosa ke Sesama Manusia
Foto: Republika/Prayogi
Buya Hamka Jelaskan Syarat Taubat Atas Dosa ke Sesama Manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buya Hamka menjelaskan bagaimana memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang dilakukan kepada sesama manusia. Penjelasan tersebut tercantum dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Azhar saat mengulas ayat 8 Surat At Tahrim.

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu"." (QS At Tahrim ayat 8)

Baca Juga

Pada ayat 6 Surat At Tahrim, orang beriman diperintahkan memelihara diri dan keluarga dari azab api neraka. Demikian pula pada ayat 8 Surat At Tahrim, yakni orang beriman diperintah untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Ayat tersebut tidak hanya memerintah pendosa untuk bertaubat, tetapi orang yang tidak bersalah pun disuruh bertaubat. Nabi SAW sendiri pun bertaubat. Dalam riwayat Abu Hurairah, disebutkan Nabi SAW bertaubat lebih dari 70 kali dalam sehari.

Riwayat lain menyebut taubatnya beliau SAW mencapai 100 kali dalam sehari. Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyampaikan, bertaubat itu hukumnya fardhu 'ain. Taubat ini dilakukan untuk setiap hal dan setiap waktu.

Menukil Imam Nawawi yang ditulis dalam kitab Riyadhush Shalihin, Buya Hamka menyampaikan taubat itu wajib dilakukan pada setiap dosa. Jika dosa yang diperbuat itu adalah maksiat dari seorang hamba kepada Allah, yang tidak berkaitan dengan sesama anak Adam, maka syarat taubatnya ada tiga perkara.

Pertama, berhenti dari maksiat seketika itu juga. Kedua, menyesal yang sedalam-dalamnya atas perbuatan yang salah. Ketiga, bertekad teguh bahwa tidak akan mengulanginya lagi. Bila hilang salah satu dari tiga syarat itu maka tidaklah sah taubatnya.

Adapun jika maksiat itu bersangkutan dengan sesama anak Adam maka syarat taubatnya empat perkara. Pertama, kedua dan ketiga ialah syarat taubat kepada Allah tadi. Lalu ditambah dengan yang keempat, yaitu melepaskan dengan sebaik- baiknya hak orang lain yang telah diambil.

Jika hak orang lain itu adalah harta-benda atau yang semacamnya maka segeralah kembalikan. Jika dosa itu terkait dengan tindakan menuduh atau memfitnah, maka segeralah meminta maaf kepada orang yang dikenakan tuduhan dan fitnah itu.

Bila maksiat yang dilakukan adalah menggunjing atau mengumpat di belakang, maka akuilah kesalahan itu dengan terus-terang dan minta maaflah. Karena itu, Buya Hamka dengan menukil dari Imam Nawawi mengingatkan taubat pada segala dosa, baik dosa yang diingat maupun yang tidak, adalah wajib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement