REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Manusia dengan giatnya mengejar sesuatu yang sebetulnya pasti dia peroleh karena telah Allah SWT jamin untuknya. Di sisi lain, manusia abai terhadap apa yang telah diperintahkan untuknya.
Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengutip ayat 60 Surat Al Ankabut. Allah SWT berfirman:
وَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui." (QS Al Ankabut ayat 60)
Allah SWT juga berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُككَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
"Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa." (QS Thaha ayat 132)
Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa ada dua hal terkait hal ini. Pertama, seorang Muslim diperintahkan untuk mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya kepada Allah SWT. Kedua, Allah menjamin apa yang menjadi kebutuhan hamba-Nya.
Karena itu, jangan membuat prasangka buruk atau su'udzon kepada Allah SWT, sebab Allah SWT menjamin rezeki hamba-Nya.
Baca juga: Pujian Rakyat Negara Arab untuk Indonesia Terkait Piala Dunia U-20, Terhormat!
Karena itu pula, apa yang dituntut atau diperintahkan oleh Allah SWT, jangan ditinggalkan. Lakukan amal saleh sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.
Hadits qudsi yang dinukil dalam Al-Hikam, menyebutkan bahwa Allah SWT berfirman: "Hambaku, patuhilah semua perintah-Ku. Jangan memberitahu kepada-Ku apa yang baik bagimu. (atau jangan mengajari-Ku apa yang menjadi hajat kebutuhanmu)."
Hadits lain yang dinukil Ibnu Athaillah, menyebutkan:
"Mengapa banyak orang yang memuliakan orang kaya, merendahkan ahli-ahli ibadah, dan mengikuti tuntunan Alquran yang sesuai dengan hawa nafsu mereka. Yang tidak sesuai dengan hawa nafsunya ditinggalkan. Ini berarti mempercayai sebagian kitab Allah dan mengabaikan sebagian lagi isi kitab Allah. Mereka berusaha meraih apa yang sebetulnya sudah dijamin kehadirannya, yaitu takdir, ajal, dan rezeki. (Tetapi) mereka tidak berusaha meraih sesuatu yang tidak bisa diraih kecuali dengan usaha, yaitu ganjaran pahala yang berlimpah (amal ibadah), rasa syukur, dan perniagaan yang tidak akan rugi." (HR Thabrani)
Ibrahim Al Khawwash pun berkata, "Jangan memaksakan diri untuk mengejar apa yang telah dijamin, dan jangan menyia-nyiakan apa yang telah diamanatkan kepadamu."
Menjadi butalah mata hati seseorang karena kebodohannya, ketika berusaha meraih apa yang sudah dijamin untuknya tetapi malah abai terhadap sesuatu yang dituntut kepadanya.