REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Seorang salik adalah seseorang yang menjalani disiplin spiritual untuk membersihkan dan memurnikan jiwanya, bisa juga disebut orang yang sedang merangkak dalam jihad melawan hawa nafsu. Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan bahwa tidak selayaknya bagi seorang salik mengungkapkan karunia-karuna yang didapatnya dari Allah SWT kepada orang lain.
"Tidak selayaknya seorang salik mengungkapkan karunia-karunia yang telah diterimanya dari Allah SWT. Sebab, hal itu akan mengurangi amalan hati dan menghalangi kesungguhannya terhadap Allah." (Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, Al-Hikam)
Penyusun dan Penerjemah Al-Hikam, D A Pakih Sati Lc dalam buku Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya yang diterbitkan penerbit Noktah tahun 2017 menjelaskan maksud Syekh Athaillah mengingatkan sorang salik agar tidak mengumbar karunia yang didapatnya.
Tidak selayaknya seorang salik yang belum mencapai tingkatan makrifat untuk mengungkapkan berbagai karunia dan ujian yang diterima. Sebab, hal itu akan mengurangi pengaruh amalannya di dalam hati dan sama sekali tidak menunjukkan ketulusannya dalam beribadah.
Jika kamu selalu menggembar-gemborkan sesuatu yang kamu terima dari-Nya, maka kamu sama sekali tidak akan merasakan pengaruhnya, bahkan kamu akan kehilangannya. Ibarat orang yang berobat, jika ia ingin sembuh maka harus bersabar menahan pahitnya obat. Jika ia tidak sabar menghadapinya, dan selalu membicarakannya ke sana dan kemari, maka penyakitnya tidak akan pernah sembuh.
Namun, jika ia sabar dan menikmati sesuatu yang dialami saat ini, maka kesembuhan akan segera menghampirinya. Begitu juga halnya dengan orang yang baru atau sedang berjalan menuju makrifat. Jika kamu tulus dalam beribadah kepada Allah SWT maka kamu tidak akan mengumbar semua itu sebelum waktunya. Jika kamu melakukannya maka bisa jadi akan timbul fitnah. Inilah yang harus diingat baik-baik.
Terjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Atha'illah terkait seorang salik yang sebaiknya tidak menggembar-gemborkan karunia yang didapatnya.
Menurut Ustaz Bahreisy, rahasia yang diberikan Allah SWT kepada sorang salik harus disimpan baik-baik, dan jangan diobral murah kepada sesama manusia, kecuali kepada orang yang dapat mengontrol dan memimpinnya.
Karena seseorang yang bisa menyimpan rahasia Allah yang diberitahukan kepadanya, maka ia akan mendapat kepercayaan menerima rahasia-rahasia yang lebih besar dari Allah.
Namun jika rahasia yang diberikan kepadanya suka diobral kepada manusia lain. Artinya pandangannya belum sepenuhnya kepada Allah, karena ia masih berharap kepada sesama makhluk.