REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada hari kiamat bumi yang pernah ditempati manusia ketika hidup di dunia akan memberikan kesaksian tentang setiap amal perbuatan yang pernah dikerjakan seorang hamba. Bumi akan bercerita tentang apa saja amal kebaikan atau keburukan yang dilakukan seorang hamba, di mana tempatnya dan di waktu kapan amal tersebut dikerjakan.
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan melalui jalur Abdurrahman bin Shakhr atau Abu Hurairah:
حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا } قَالَ أَتَدْرُونَ مَا أَخْبَارُهَا قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُولَ عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ
Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Nashr telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Abu Ayyub telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Sulaiman dari Sa'id Al Maqbari dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah ﷺ membaca:
"Pada hari itu bumi menceritakan beritanya." (Al-Zalzalah: 4),
Beliau bertanya, "Tahukah kalian apa berita-beritanya?" Mereka menjawab: Allah dan rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda, "Berita-beritanya adalah perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh hamba lelaki atau perempuan di atas bumi berkata, Ia melakukan ini dan ini, pada hari ini dan ini." Beliau bersabda, "Itulah berita-beritanya." Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib. (HR. Tirmidzi)
Jumhur ulama berpendapat bumi menceritakan beritanya maksudnya adalah pada hari Kiamat bumi dijadikan oleh Allah dapat berbicara, dan akan bersaksi atas setiap umat tentang apa yang telah dia perbuat di atas bumi.
Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa jumhur ulama berpendapat bahwa kelak Allah menjadikan bumi berbentuk hewan yang berakal dan dapat berbicara.
وَالثَّانِي: وَهُوَ قَوْلُ الْجُمْهُورِ: أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يجعل الأرض حيوانا عاقلا ناطفا وَيُعَرِّفُهَا جَمِيعَ مَا عَمِلَ أَهْلُهَا فَحِينَئِذٍ تَشْهَدُ لِمَنْ أَطَاعَ وَعَلَى مَنْ عَصَى
Pendapat kedua merupakan pendapat Juhmur, yaitu Allah menjadikan bumi menjadi hewan yang berakal, dapat berbicara, dan Allah memberitahukan kepada bumi segala perbuatan yang telah diperbuat penduduk bumi di atasnya. Maka tatkala itu, bumi bersaksi untuk orang yang taat dan orang yang bermaksiat. ( Tafsir Mafatihul Ghaib)
Imam Quthubi dalam Tafsirnya menjelaskan tiga pendapat para ulama tentang bumi berbicara.
وَفِي حَدِيثِهَا بِأَخْبَارِهَا ثَلَاثَةُ أَقَاوِيلَ: أَحَدُهَا- أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقْلِبُهَا حَيَوَانًا نَاطِقًا، فَتَتَكَلَّمُ بِذَلِكَ. الثَّانِي- أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحْدِثُ فِيهَا الْكَلَامَ. الثَّالِثُ: أَنَّهُ يَكُونُ مِنْهَا بَيَانٌ يَقُومُ مَقَامَ الْكَلَامِ
Ada tiga pendapat terkait berbicaranya bumi dalam menyampaikan berita-beritanya. Pertama, Allah mengubahnya menjadi hewan yang dapat bicara kemudian bumi berbicara menyampaikan berita-beritanya. Kedua, Allah menciptakan perkataan (kalam) pada bumi. Ketiga, apa yang terjadi pada bumi (goncangan yang dahsyat) memberikan penjelasan bahwa itu menduduki kedudukan berbicara (sekalipun tidak bicara secara langsung). Wallahu'alam