Rabu 08 Mar 2023 07:07 WIB

Membiasakan Diri Beristighfar

Istighfar melembutkan hati dan menambah keimanan.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi orang-orang membaca istighfar
Foto: Republika/Ali Yusuf
Ilustrasi orang-orang membaca istighfar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap manusia tidak luput dari dosa, maka hendaknya dia senantiasa memohon maghfirah kepada Allah ﷻ.

Dikutip dari buku Tazkiyatun Nafs, Istighfar artinya memohon maghfirah. Maghfirah adalah penjagaan dari akibat buruk dosa-dosa dan penutupan atasnya. Ada banyak tempat dalam Alquran yang menyebutkan tentang istighfar. Di antaranya,

Baca Juga

وَاسۡتَغۡفِرُوا اللّٰهَ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

“Dan mintalah maghfirah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Al-Baqarah ayat 199).

وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ

“Dan orang-orang yang selalu beristighfar pada waktu sahur (penghujung malam)” (Ali Imran ayat 17).

Allah Azza wa Jalla memberikan maghfirah kepada orang yang memintanya kepadaNya. Firman-Nya,

“Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan atau menzhalimi diri sendiri, kemudian memohon istighfar kepada Allah niscaya ia dapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (An-Nisa’ ayat 110).

Sering pula Alquran menyebut istighfar bersamaan dengan taubat. Jika kedua lafal itu terkumpul, istighfar berarti permohonan dengan lisan, sementara taubat adalah berhenti dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa dengan hati dan anggota badan.

Hukum istighfar sama dengan hukum doa. Bila Allah menghendaki, Dia akan menerima dan mengampuninya. Terlebih jika istighfar itu muncul dari hati yang benar-benar menyesal atas segala dosa, atau diminta pada saat-saat yang tepat, seperti pada waktu sahur (penghujung malam) dan seusai shalat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement