Jumat 24 Feb 2023 17:14 WIB

Anjuran Melihat ke Bawah untuk Membangun Rasa Syukur

Hakikat syukur dibangun di atas lima kaidah.

Anjuran Melihat ke Bawah untuk Membangun Rasa Syukur. Foto: Ilustrasi buat ficer haji: Seorang jamaah asal Banten bersujud syukur setibanya di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Sabtu (21/7).
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Anjuran Melihat ke Bawah untuk Membangun Rasa Syukur. Foto: Ilustrasi buat ficer haji: Seorang jamaah asal Banten bersujud syukur setibanya di Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah, Sabtu (21/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah hakikat syukur dibangun di atas lima kaidah:

1. Ketundukan orang yang bersyukur kepada dzat yang memberikan nikmat.

Baca Juga

2. Kecintaannya kepada Allah yang telah memberinya karunia.

3. Pengakuannya terhadap nikmat Allah atasnya.

4. Pujiannya terhadap Allah karenanya.

5. Tidak menggunakan nikmat itu dalam hal yang dimakruhkan.

Salah satu cara untuk menanamkan hakikat syukur dalam diri manusia sehingga timbul sifat qanaah adalah memandang ke bawah. Yakni, memandang orang-orang yang mempunya tingkat ekonomi di bawahnya.

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي اللّه عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

Dari Abū Hurairah  ia berkata, Rasūlullāh  bersabda, “Lihatlah kepada yang di bawah kalian dan janganlah kalian melihat yang di atas kalian, sesungguhnya hal ini akan menjadikan kalian tidak merendahkan nikmat Allah yang Allah berikan kepada kalian.” (HR Muslim)

Seorang hamba jika memusatkan perhatiannya pada ajaran nabawi yang agung ini, maka ia akan melihat dirinya mengungguli orang banyak dalam hal kesejahteraan dan rezeki itu. Serta, rentetan kenikmatan lain berkat kedua karunia itu, meski ia dalam kondisi apapun.

Sehingga, sirnalah keguncangan, kegundahan, dan keruwetannya, serta bertambahlah kegembiraan dan kesukaannya terhadap nikmat-nikmat Allah.

Setiap seorang hamba merenungi nikmat-nikmat Allah yang zhahir maupun yang batin, baik itu dari sisi kehidupan religi maupun duniawinya, ia akan melihat ALlah telah memberi begitu banyak nikmat. Dan, telah menangkis untuknya berbagai keburukan.

Tidak diragukan, bahwa hal itu bisa menangkis kegundahan dan keruwetan. Di samping, membuahkan kegembiraan dan kesukacitaan.

Sumber: Terapi Penyakit Korupsi dengan Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) oleh Abu Fida Abdur Rafi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement