Selasa 10 Jan 2023 06:09 WIB

Keutamaan Bagi Umat Islam yang Bekerja Mencari Nafkah

Umat Islam yang bekerja mencari nafkah mendapatkan keutamaan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Keutamaan Bagi Umat Islam yang Bekerja Mencari Nafkah. Foto: Sejumlah kendaraan melintas saat jam pulang kerja di Tol Dalam Kota, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Keutamaan Bagi Umat Islam yang Bekerja Mencari Nafkah. Foto: Sejumlah kendaraan melintas saat jam pulang kerja di Tol Dalam Kota, Jakarta, Rabu (24/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Bagi Muslim yang bekerja, mulailah semuanya dengan niat yang baik. Niat mencari ridha Allah, niat menjalankan sunnah Rasulullah, niat mencari nafkah untuk keluarga, niat menjauhkan diri dari malas dan miskin dengan bekerja, dan berbagai niat lainnya. Semua niat yang baik itu akan menjadi pahala.

Berikut ini tiga keutamaan bagi umat Islam yang bekerja mencari nafkah:

Baca Juga

Besarnya pahala memberi nafkah

Orang-orang yang bekerja dan menggunakan rezeki yang diperoleh dari hasil kerja kerasnya untuk memberikan nafkah pada keluarganya akan mendapatkan pahala yang besar. Bahkan rezeki yang digunakan untuk memberi nafkah pada keluarganya itu lebih besar pahalanya dibanding dengan rezekinya yang dikeluarkan untuk bersedekah pada orang lain. Sebagaimana dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar,” (HR. Muslim).

Orang yang bekerja sedang berjihad di jalan Allah

Orang yang bekerja agar bisa menafkahi keluarganya sehingga menjauhkan diri dan keluarganya dari kefakiran dan mencapai kesejahteraan sehingga bisa menjadi orang yang dermawan, sejatinya mereka tengah berjihad di jalan Allah SWT.

عن أبي هُريرةَ ؛ قالَ : بَيْنَا نحنُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا شَابٌّ منَ الثَنِيَّةِ ، فَلَمَّا رَمَيْنَاهُ بِأَبْصَارِنَا ، قُلْنَا : لَوْ أنَّ ذَا الشَّابَّ جَعَلَ نَشَاطَهُ وَشَبَابَهُ وقوَّتَهُ في سَبِيلِ اللَّهِ ، فَسَمِعَ مَقَالَتَنَا رَسُولُ اللَّهِ _ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ _ ؛ فقالَ : ” ومَا سَبِيلُ اللَّهِ إلاَّ منْ قُتِلَ ؟ ، مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى عَلَى عِيَالِهِ ؛ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ ، ومَنْ سَعَى مُكَاثِراً ؛ فَفِي سَبِيلِ الشَّيطَانِ ”

Dari abu Hurairah, ia berkata: Pada saat kami bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul di hadapan kami, seorang pemuda dari lembah. Ketika kami terfokus kepadanya, kami berkata, “Semoga pemuda itu menjadikan kerajinannya, kepemudaanya, dan kekuatannya di jalan Allah. Rasulullah mendengar ucapan kami, lalu beliau bersabda: Apakah yang dinilai syahid hanya orang yang wafat di medan perang? Barangsiapa yang bekerja untuk kedua orang tuanya maka dia di jalan Allah, barangsiapa yang bekerja untuk keluarganya maka ia di jalan Allah, barangsiapa bekerja hanya untuk memperbanyak harta maka dia di jalan syaithan. Sungguh mulianya orang yang bekerja untuk memenuhi kehidupan keluarganya, jika ia mati dalam bekerja maka ia dinilai syahid

Terhindar dari neraka

Orang yang bekerja kemudian rezekinya digunakan untuk keperluan keluarganya, maka Insya Allah ia akan terhindar dari neraka.

مَنْ أَنْفَقَ عَلَى ابْنَتَيْنِ أَوْ أُخْتَيْنِ أَوْ ذَوَاتَىْ قَرَابَةٍ يَحْتَسِبُ النَّفَقَةَ عَلَيْهِمَا حَتَّى يُغْنِيَهُمَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ أَوْ يَكْفِيَهُمَا كَانَتَا لَهُ سِتْراً مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa mengeluarkan hartanya untuk keperluan kedua anak perempuannya, kedua saudara perempuannya atau kepada dua orang kerabat perempuannya dengan mengharap pahala dari Allah, lalu Allah mencukupi mereka dengan karunianya, maka amalan tersebut akan membentengi dirinya dari neraka” (HR. Ahmad)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement