Sabtu 07 Jan 2023 04:51 WIB

Anjuran Bertabayun dalam Menerima Informasi

Dalam Islam, penekanan itu bahkan disinggung dalam Alquran.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Anjuran Bertabayun dalam Menerima Informasi
Foto:

Ketika pembicaraan itu dalam setting/keadaan (maqaam) publik maka semua punya hak untuk mendengar dan menyampaikan dengan penuh amanah. Tapi ketika pembicaraan itu privat maka kerahasiaan pembicaraan itu adalah amanah masing-masing pihak.

"Jika pembicaraan itu ternyata disebarkan padahal jelas settingnya private maka itu bentuk pengkhianatan kepada kesepakatan dua pihak," ujarnya.

Apalagi, dia melanjutkan, jika pembicaraan dalam setting private itu direkam “secara diam-diam” alias tanpa persetujuan pihak yang direkam. Kalaupun perekaman ini substansinya baik-baik saja, tapi itu akan menjadi misteri dan tanda tanya. Biasanya yang terbiasa melakukan hal seperti ini adalah mata-mata atau jasuus. Atau orang yang memang punya i’tikad yang dipertanyakan.

"Saya seringkali diwawancarai oleh media, baik media Indonesia maupun Amerika dan lainnya. Biasanya sebelum direkam secara audio saya akan dimintai persetujuan. Bahkan Ketika wawancara itu akan disebarkan, maka harus ada pernyataan persetujuan (statement of consent) yang saya tandatangani," ujarnya.

Merekam seseorang secara diam-diam dalam percakapan pribadi tidak saja dipertanyakan. Tapi realitanya bahwa ketika seseorang berbicara akan ada kesalahan-kesalahan yang boleh jadi tidak disengaja. Kesalahan ini boleh jadi bumerang baginya ketika ada momen-momen yang tidak diinginkan di masa depan.

Karenanya wajar jika informasi-informasi yang mengandung kefasikan, disampaikan oleh orang fasik, bahkan didapatkan dengan cara tidak etis, dapat menimbulkan kefasikan. Dan semua itu telah diingatkan oleh Alquran.

Kebodohan dalam menyikapi informasi, kebodohan dalam memahami informasi, dan mengantar kepada asumsi-asumsi bodoh yang membodohkan. Akibatnya, kata dia, ketika kebodohan-kebodohan itu menjadi kegelisahan bahkan mengantar kepada perselisihan pastinya berujung pada penyesalan.

"Jahatnya lagi ketika yang melakukan itu tidak merasa bersalah dan tidak ada rasa menyesal. Kebal! Naudzubillah," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement