Kamis 17 Nov 2022 05:40 WIB

Menyelamatkan Masjid Kayu di Georgia

Sebagian besar masjid kayu di Georgia berada dalam kondisi yang sangat buruk.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Ornamen di sebuah masjid kayu di dusun Dghvani, Georgia. Fasadnya hampir tidak dapat dibedakan dari rumah kayu tradisional berlantai dua. Menyelamatkan Masjid Kayu di Georgia
Foto:

Solidarity merupakan sebuah kelompok yang mengadvokasi Muslim Adjara. Meski demikian, banyak masjid kayu Adjara memiliki gaya dan desain khas Georgia, yang mana dilindungi sebagai monumen budaya. 

Masjid tertua (1818) yang masih ada di desa Akho termasuk dalam monumen budaya. Tetapi sebagian besar masyarakat Georgia memandang masjid-masjid, serta jamaah Muslim sebagai produk pengaruh asing.

Mikeladze menyebut budaya Islam sebagian besar dipandang sebagai budaya asing. Hal ini juga menjadi alasan mengapa sebagian besar masjid berada dalam kondisi yang sangat buruk, serta tidak mendapat banyak perhatian nasional.

Sebagian besar masjid dibangun selama dominasi Turki Utsmani, atas wilayah yang peta politik dan agamanya berubah berkali-kali. Selama berabad-abad Georgia mengalami konfrontasi kekaisaran dan perjuangan kerajaan Georgia untuk kemerdekaan.

Pengaruh Ottoman menyebabkan konversi massal penduduk Georgia lokal ke Islam pada akhir abad ke-18. Ini diikuti oleh upaya pada abad ke-19, di bawah Kekaisaran Rusia, untuk mengubah penduduk 'kembali' ke agama Kristen. Kemudian Uni Soviet datang dan menindas semua agama sama sekali.

Di era Soviet, banyak masjid berhenti berfungsi, yang mana beberapa digunakan sebagai fasilitas penyimpanan. Madrasah ditutup dan banyak praktik keagamaan Islam dilarang. 

“Komunitas Muslim Adjara perlahan-lahan menjadi ‘tidak terlihat’, direduksi menjadi tradisi lisan,” tulis sejarawan Ruslan Baramidze.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement