REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Nabi Muhammad SAW terkenal sebagai suami yang lemah lembut dan sayang terhadap istri-istrinya. Beliau pandai menghibur orang-orang yang dia sayangi, seperti istrinya-istrinya.
Dikisahkan M. Husen Haekal dalam bukunya "Sejarah Hidup Muhammad" pernah satu saat, Nabi Muhammad SAW sedang dalam keadaan sakit yang belum begitu parah. Meski demikian beliau sempatkan dalam sakitnya itu menghibur istrinya yang bernama Sayyidah Aisyah.
Pada satu hari Aisyah sedang mengeluh sakit di kepalanya.
Keesokan harinya bila tiba waktunya ia ke tempat Aisyah, dilihatnya Aisyah sedang mengeluh karena sakit kepala.
"Aduh kepalaku!" keluh Aisyah kepada suaminya itu.
Tetapi Nabi Muhammad malah berkata dialah yang mulai merasa sakit: "Tetapi sayalah, Aisyah, yang merasa sakit kepala," canda Nabi Muhammad SAW pada istrinya itu.
Kata Nabi Muhammad, sakitnya Aisyah belum begitu keras, sehingga hanya perlu berbaring di tempat tidur. Atau akan merintanginya pergi kepada keluarga dan istri-istrinya untuk sekadar menghibur dan bergurau.
Setiap didengarnya ia mengeluh Aisyah juga mengulangi lagi mengeluh sakit kepala. Lalu kata Nabi: "Apa salahnya kalau anda yang mati lebih dulu sebelum saya. Saya yang akan mengurusmu, mengafanimu, menyembahyangkan dan menguburkan Anda!"
Karena senda gurau itu kecemburuan sebagai perempuan muda timbul dalam hati Aisyah, sekaligus cintanya akan gairah hidup ini. Lalu katanya:
"Dengan begitu yang lain mendapat nasib baik," tanya Aisyah dengan nada cemburu.
"Demi Allah, dengan apa yang sudah anda lakukan itu seolah anda menyuruh saya pulang ke rumah dan dalam pada itu anda akan berpengantin baru dengan istri-istrimu."
Mendengar perkataan istrinya itu, Nabi Muhammad tersenyum, meskipun rasa sakitnya tidak mengizinkan ia terus bergurau. Setelah rasa sakitnya terasa agak berkurang, ia mengunjungi istri-istrinya seperti biasa.
Akan, teetapi kemudian sakitnya terasa kambuh lagi, dan terasa lebih berat lagi. Ketika Nabi Muhammad sedang berada di rumah Maimunah, beliau sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakitnya.
Nabi Muhammad merasa perlu mendapat perawatan. Ketika itu dipanggilnya istri-istrinya ke rumah Maimunah. Nabi Muhammad meminta izin kepada mereka, setelah melihat keadaannya begitu, supaya dirawat di rumah Aisyah saja.
Istri-istrinya mengizinkan beliau pindah. Dengan berikat kepala, beliau keluar sambil bertopang dalam jalannya itu kepada Ali bin Abi Thalib dan kepada Abbas pamannya. Ia sampai di rumah Aisyah dengan kaki yang sudah terasa lemah sekali.