REPUBLIKA.CO.ID, Ahli geografi, Al-Idrisi menuliskan, Kairouan bukan hanya merupakan sebuah ibu kota pemerintahan Islam, melainkan juga menjadi wilayah dinamis bagi berkembangnya ilmu pengetahuan. Yang kemudian, memberikan pengaruh besar terhadap Afrika Utara dan Mediterania Barat.
Kesaksian Al-Idrisi pun berlanjut. Ia menganggap, Kairouan sebagai ibu dari kota-kota lainnya. Kairouan merupakan kota yang paling banyak dihuni, makmur, dan dipenuhi oleh beragam bangunan megah. Peradaban telah membalut kota ini.
Al-Idrisi pun menyingkap kemunduran yang akhirnya mendera Kairouan. Ia berujar, tak seperti kota-kota lainnya di wilayah tersebut, misalnya Fes di Maroko, kemakmuran di Kairouan berangsur lenyap mulai abad ke-11 setelah adanya intervensi Bani Hilal.
Kairouan muncul sebagai sebuah entitas pada 670 Masehi. Kota ini didirikan oleh seorang jenderal Arab yang berhasil menaklukkan Afrika Utara, yaitu Uqba ibn Nafi. Penaklukan ini terjadi saat pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah.
Menurut Najwa Othman, sejarawan dari Aleppo, Suriah, kata Kairouan berasal dari bahasa Arab, Kairuwan, yang diturunkan dari bahasa Persia, karavan, yang berarti kamp militer, kamp sipil, atau tempat peristirahatan. Kota ini juga dikenal dengan sebutan Al-Qayrawan.
Najwa mengatakan, Kairouan yang terletak di barat laut Tunisia, kini merupakan ibu kota Kairouan Governorate. Dalam periode yang lama, kota tersebut merupakan ibu kota Provinsi Ifriqiya atau Tunisia pada masa modern, selama masa pemerintahan Islam.
Pada abad ke-7, Kairouan berkembang pesat menjadi pusat pendidikan. Banyak sarjana dari berbagai belahan dunia yang bertandang ke kota tersebut untuk menimba ilmu.