3. Menerapkan pendekatan akhlak yang diajarkan nabi dalam pernikahan
Sama seperti semua aspek kehidupan seorang Muslim begitu juga pernikahan, harus melihat pendekatan Nabi untuk membimbing dalam setiap aspek dari bagaimana memilih pasangan, proses pernikahan, hubungan intim, kehidupan sehari-hari dan yang paling penting tentang bagaimana menghadapi kebahagiaan dan kesengsaraan yang datang dengan kehidupan pernikahan.
Ada banyak hikmah dan tips praktis yang dapat diperoleh seseorang dari mempelajari hubungan yang dibagikan Nabi Muhammad dengan masing-masing istrinya. Pendidikan ini harus menjadi prasyarat bagi siapa pun yang memasuki pernikahan Muslim, terutama untuk memahami bagaimana mendekati peran seseorang sebagai suami atau istri.
Dua tantangan utama dalam hubungan apa pun, terutama pernikahan, adalah dalam menghadapi kekurangan dan perbedaan satu sama lain dan sebagai akibatnya, menghabiskan sebagian besar kehidupan pernikahan untuk mencoba memperbaiki satu sama lain.
4. Jangan Mengharapkan Kesempurnaan
Kita harus menginternalisasi kebenaran bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Kebenaran ini, secara default, membuat kita tidak sempurna. Untuk menguji apakah Anda telah sepenuhnya menyadari kebenaran ini atau tidak, tanyakan pada diri Anda. Bagaimana saya bereaksi terhadap kekurangan saya? Bagaimana saya menanggapi kekurangan pasangan saya?
Jika Anda mendapati diri Anda sering menyalahkan diri sendiri saat melakukan kesalahan atau agak keras dengan keterbatasan pasangan Anda, Anda harus mempertanyakan seberapa baik Anda menerima kenyataan bahwa kesempurnaan hanya milik Allah.
Sesuaikan harapan Anda dari diri sendiri dan pasangan Anda, terimalah bahwa dengan pernikahan datang kesulitan dan kemudahan dan belajar untuk berjuang untuk keunggulan, bukan kesempurnaan.
5. Berdoa
Ada sebuah doa dalam Alquran.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Furqan ayat 74).