REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang penguasa Romawi, Heraclius sudah memiliki firasat bahwa Nabi Muhammad SAW suatu saat akan menguasai negeri Syam. Kisah ini bermula saat Nabi SAW berkirim surat kepada Heraclius untuk mengenalkan Islam dan mengajaknya untuk beriman kepada Allah SWT.
Ketika menerima surat itu, Heraclius sedang berada di negeri Syam. Secara kebetulan, Abu Sufyan juga sedang berada di Syam dalam sebuah misi dagang. Heraclius kemudian memanggil Abu Sufyan dan sejumlah tokoh Quraisy lainnya.
Seperti diceritakan Imam Al Azhar, Prof Ahmad Al-Tayyeb dalam buku terbitan Majelis Hukama Indonesia yang berjudul Etika & Moral: Menemukan Kembali Nilai-Nilai yang Hilang, Abu Sufyan ketika itu disuruh duduk di depan Heraclius, sedangkan orang-orang Quraisy lainnya di belakang Heraclius.
Lalu, Heraclius berkata, "Katakan kepada orang ini (Abu Sufyan) bahwa aku bertanya tentang nabinya. Jika ia berbohong dalam menjawab pertanyaanku, pastikan bahwa ia memang pembohong."
Tanya jawab itu pun akhirnya berlangsung. Salah satu pertanyaan Hetaclius kepada Abu Sufyan adalah, "Apakah pengikut-pengikut nabimu itu pembesar dan pemuka kaum atau orang-orang biasa dan lemah?"
Abu Sufyan menjawab, "Orang-orang biasa dan lemah."
Seketika Heraclius berkata, "Memang begitulah pengikut-pengikut para rasul."
Setelah itu, Heraclius berkata kepada Abu Sufyan, "Kalau apa yang kamu katakan itu benar, Muhammad adalah benar seorang nabi. Ia akan menguasai tanah tempat kaki saya ini berpijak". Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.
Prof Ahmad Al-Tayyeb menjelaskan, yang dimaksud "tempat kaki saya berpijak" dalam hadits tersebut adalah negeri Syam. Benar saja, berselang beberapa tahun, agama Islam kemudian masuk ke negeri Syam dan diterima oleh masyarakatnya. Firasat seorang Raja Heraclius pun benar.