REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tidak ada tempat setelah Makkah yang lebih utama dari Madinah. Amal perbuatan yang dilaksanakan di Kota Rasulullah SAW ini juga akan dilipatgandakan, khususnya saat beribadah di Masjid Nabawi Madinah.
Dalam kitabnya yang berjudul Asraf al-Haj, Imam Al Ghazali mengutip hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, di mana Rasulullah SAW bersabda:
صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ "Sholat di masjidku ini lebih baik daripada seribu sholat di masjid yang lain, kecuali Masjidil Haram (di Makkah)." (HR Bukhari dan Muslim).
Ulama bergelar Hujjatul Islam ini menjelaskan, setiap amalan yang dilakukan di Madinah akan dilipatgandakan seribu sekali.
Setelah kota Nabi ini, tempat yang paling mulia adalah Baitul Maqdis. Hal ini karena sekali sholat di sana sepadan dengan lima ratus sholat di tempat yang lain, kecuali Masjidil Haram.
Begitu pula dengan amal ibadah yang lain. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda:
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
"Satu sholat di Masjid Nabawi sama dengan 10 ribu sholat. Dan satu sholat di Masjid Al Aqsa sama dengan seribu sholat. Adapun satu sholat di Masjidil Haram sama dengan seratus ribu sholat." HR Ibnu Majah). Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barang siapa bersabar atas kesulitan Madinah dan karena tinggal di sana, maka aku akan menjadi penolongnya pada Hari Kiamat. (HR” Muslim). Beliau SAW juga pernah bersabda:
مَنْ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَمُتْ بِهَا فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ يَمُوتُ بِهَا
"Barang siapa yang mampu meninggal dunia di Madinah, hendaklah dia meninggal di sana. Karena sesungguhnya tidak seorang pun wafat di sana, kecuali aku akan menjadi penolongnya di Hari Kiamat." (HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah).