Selasa 28 Jun 2022 14:17 WIB

Keutamaan Dzulhijjah, Beramal pada Bulan Ini Besar Pahalanya

Dzulhijjah termasuk salah satu bulan yang diistimewakan Allah SWT

Rep: Rossi Handayani, Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Dzulhijjah termasuk salah satu bulan yang diistimewakan Allah SWT. Ilustrasi haji sebagai bagian amal pada Dzulhijjah.
Foto: Amr Nabil/AP
Dzulhijjah termasuk salah satu bulan yang diistimewakan Allah SWT. Ilustrasi haji sebagai bagian amal pada Dzulhijjah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di antara bulan yang Allah ﷻ istimewakan dari bulan lainnya adalah Dzulhijjah. Beramal di bulan ini akan mendapatkan pahala yang lebih besar.

Dikutip dari buku Panduan Praktis Amalan Ibadah di Bulan Dzulhijjah karya Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman, beramal pada bulan ini lebih suci dan lebih besar pahalanya Nabi ﷺ bersabda:

Baca Juga

ما من عملٍ أزكى عند اللهِ ولا أعظمَ أجرًا من خيرٍ يعملُه في عَشرِ الأَضحى

"Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah dan tidak ada yang lebih besar pahalanya daripada kebaikan yang dia kerjakan pada sepuluh hari Adha.” (HR Darimi 1/358)

Dikutip dari Lathaif al-Ma’arif, Imam Mujahid rahimahullah mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal Dzulhijah akan dilipat gandakan.”

Adapun Dzulhijjah adalah bulan yang kedua belas dari kalender Hijriyyah. Dia adalah bulan yang terakhir dalam satu tahun Hijriyyah. Dinamakan Dzulhijjah karena manusia menunaikan haji pada bulan ini.  

Bagi yang Allah Azza wa Jalla karuniai kecukupan rezeki maka hendaklah dia menunaikan ibadah haji. Hal ini karena haji merupakan kewajiban dan rukun Islam.

Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji menurut cara dan tuntunan yang disyariatkan, maka insya Allah SWT dia termasuk dalam kandungan sabda Nabi Muhammad ﷺ yang berbunyi:

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا، وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ 

"Umroh ke umroh adalah penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga." (HR Bukhari dan Muslim)

Bulan suci

Dalam ajaran Islam ada yang disebut dengan bulan-bulan haram, yakni bulan-bulan mulia yang dimuliakan oleh Allah SWT. 

Keempat bulan yang dimaksud adalah Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Hal ini merujuk pada hadits Rasulullah SAW: 

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim).

Allah SWT dalam firman-Nya juga melarang manusia berperang di bulan haram. Hal ini tertulis dalam Surat Al Baqarah ayat 217.

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيْهِۗ قُلْ قِتَالٌ فِيْهِ كَبِيْرٌ ۗ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَكُفْرٌۢ بِهٖ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاِخْرَاجُ اَهْلِهٖ مِنْهُ اَكْبَرُ عِنْدَ اللّٰهِ ۚ وَالْفِتْنَةُ اَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, "Berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidil Haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS Al Baqarah ayat 217).    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement