REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jamaah asal Indonesia saat sedang mengikuti proses ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Di antara rangkaian yang harus jamaah lakukan ketika menjalankan rukun Islam yang kelima ini adalah melempar jumrah.
Lempar jumrah ini umumnya dilaksanakan jamaah ketika berada di Mina. Sedangkan batu yang digunakan untuk melempar jumrah biasanya sudah dipersiapkan ketika mabit di Muzdhalifah. Di balik lempar jumrah ini juga terdapat kisah tersembunyi.
Dalam bukunya yang berjudul Rujukan Utama Haji dan Umrah Untuk Wanita, Ablah Muhammad Al Kahlawi menceritakan bahwa asal mula dari lempar jumrah adalah kisah Nabi Ibrahim alaihissalam, Hajar istrinya, dan juga putranya, Nabi Ismail.
Dikisahkan, Allah SWT menguji Ibrahim melalui mimpinya, di mana Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih putanya sendiri, yaitu Nabi Ismail alaihissalam. Nabi Ibrahim kemudian menanyakan perihal mimpi tersebut kepada anaknya, Ismail.
“Wahai anakku, aku melihat di dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu tentang hal itu,” kata Ibrahim.
Tanpa rasa ragu, Ismail langsung menjawab, “Wahai ayahku, laksanakanlah perintah yang kau terima. Atas kehendak Allah SWT, aku akan bersabar.”
Nabi Ismail paham betul, bahwa mimpi yang diterima Ayahnya tersebut bukanlah bisikan setan, melainkan perintah dari Allah SWT. Oleh karena itu, ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, setan menggodanya untuk memikirkan kembali niatnya tersebut.
Kendati demikian, Nabi Ibrahim sama sekali tidak goyah dengan godaan setan itu. Karena Nabi Ibrahim begitu teguh, setan kemudian menampakkan dirinya di depan Nabi Ibrahim. Melihat setan di hadapannya, Nabi Ibrahim kemudian mengambil beberapa batu kecil dan melemparkannya ke arah setan tersebut. Pelemparan ini tepat di posisi jumrah ula saat ini berada.
Seakan enggan menyerah, setan kemudian beralih membujuk istri Nabi Ibrahim, yaitu Hajar. Namun, sama halnya dengan Nabi Ibrahim, Hajar juga tidak goyah sama sekali. Ia kembali mengingat bahwa setiap ujian yang Allah SWT berikan selalu diiringi dengan balasan yang manis apabila ia tabah menghadapinya.
Karena Hajar tetap teguh, setan kemudian menampakkan dirinya. Sama dengan Nabi Ibrahim, Hajar kemudian melempar setan dengan menggunakan batu-batu kecil. Pelemparan ini tepat di posisi jumrah Wustha saat ini berada.
Setelah gagal menggoda Hajar, setan kemudian beralih ke Nabi Ismail. Usaha setan tersebut kembali gagal. Setan belum mengetahui bahwa meskipun saat itu Ismail masih muda, ia telah menyerahkan jiwa dan raganya kepada Allah SWT.
Sama halnya dengan Nabi Ibrahim dan ibunya, Nabi Ismail kemudian juga melempar setan dengan batu kecil yang ada di genggamannya. Pelemparan ini tepat di posisi jumrah ‘Aqabah saat ini.
Seperti itulah awal kisah melempar jumrah dalam rangkaian ibadah haji di Mina. Pelemparan batu yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim, Nabi, Ismail, serta Hajar tersebut kemudian menjadi rangkaian dari ibadah haji.