Senin 16 May 2022 18:23 WIB

Adab yang Harus Dipenuhi Guru dan Murid dalam Proses Menuntut Ilmu

Islam menekankan pentingnya adab bagi guru dan murid selama proses menuntut ilmu

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah santri belajar ilmu mengaji kitab kuning di Pondok Pesantren Kapurejo, Kediri, Jawa Timur (ilustrasi). Islam menekankan pentingnya adab bagi guru dan murid selama proses menuntut ilmu.
Foto:

Melalui karyanya ini, Imam Nawawi ingin menegaskan tentang pentingnya adab. Dia banyak mengajarkan tentang adab yang harus dimiliki oleh seorang guru maupun murid. Karena, jika memiliki adab, sepintar apapun orang itu semua pengetahuannya akan gugur dan tak dapat dijadikan rujukan rujukan, serta takkan pula memproduksi kebaikan-kebaikan.  

Bahkan, amal ibadahnya pun tak bernilai apa-apa bila tidak dihiasi dengan adab. Hal ini karena adab merupakan pondasi agama. Dalam sebuah hadits juga telah disampaikan bahwa Nabi SAW diutus hanya untuk memperbaiki adab-adab (yang baik).  

Adab sangat penting dalam Islam. Karena itu, Abdurrahman bin al-Qasim pun mempelajari masalah-masalah adab sampai 18 tahun lamanya. Sedangkan mempelajari ilmu lainnya hanya dua tahun.

Ibnu al-Mubarak juga merelakan waktunya 30 tahun untuk mendalami masalah adab. Begitu juga ulama-ulama terdahulu lainnya, mereka juga mendahulukan adab daripada ilmu.

 

Siapa Imam Nawawi?        

Imam Nawawi, seorang ulama besar Mazhab Syafi’i. Dia dilahirkan di Desa Nawa, Suriah pada bulan Muharram 631 Hijriyah.   

Berkat penguasaan dan kepeduliannya terhadap ilmu-ilmu agama, sang Imam memperoleh gelar “Muhyiddin”, yang artinya sang penghidup agama. Gelar ini diberikan karena Imam Nawawi mendedikasikan seluruh hidupnya untuk belajar, menulis, dan mengajarkan ilmu-ilmu agama.   

Baca juga: Amalan Sunnah yang akan Didoakan Puluhan Ribu Malaikat

Seperti mayoritas ulama yang bermazhab Syafi’i, dalam mazhab akidah sang imam termasuk Al Asy’ariyah atau pengikuti Imam Abu Hasan al-Asy’ari, sang pendiri Mazhab Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). 

Jejak langkah sang imam dalam menuntut ilmu merupakan bukti cintanya terhadap ilmu pengetahuan. Dari sang Imam, umat Islam akan mengerti bahwa belajar ilmu tidak boleh terhambat oleh faktor usia dan tidak pernah mengenal kata usai.  

 

Imam Nawawi wafat pada 679 Hijriah di usia ke-45 tahun. Dalam kurun waktu yang begitu singkat, dengan ketekunannya dalam membaca dan menulis, lahir puluhan karya-karya besar. Salah satu karyanya yang mengupas tentang ilmu adalah buku terjemahan berjudul “Adab di Atas Ilmu” ini.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement