REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sholat Idul Fitri (Id) dimulai sejak terbitnya matahari hingga condong ke barat. Hari raya diawali dengan terbitnya fajar. Adapun waktu sholat Id yang utama adalah kala matahari berada satu tombak.
Imam Syafii dalam kitab Fikih Manhaji menjelaskan tata cara melaksanakan sholat Id.
1. Sholat Id dikerjakan sebanyak dua rakaat yang diawali dengan takbiratul ihram. Kemudian membaca doa ifititah, bertakbir tujuh kali (dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan pundak seperti takbiratul ihram).
2. Antara satu takbir dengan takbir lainnya terdapat jeda kira-kira bacaan satu ayat yang disunahkan untuk membaca, “Subhanallahi wal-hamdulillahi wa laa ilaha illallah wallahu akbar,”. Yang artinya, “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar,”.
3. Setelah itu, bertawudz dan membaca Al-Fatihah, digabung dengan satu surah atau beberapa ayat.
4. Usai bangkit untuk rakaat kedua, bertakbir lima kali sebelum membaca Al-Fatihah: di luar takbir intiqal. Antara satu takbir dengan takbir lainnya membaca dzikir seperti di atas. Takbir tambahan ini hukumnya sunnah. Jika lupa dan langsung saja membaca Al-Fatihah, menurut Imam Syafii sunnahnya gugur dan sholat tetap sah.
Dasarnya adalah hadis yang sudah disebutkan riwayat An-Nasai dari Umar yang berkata, “Shalat Idul Fitri dua rakaat dan shalat Idul Adha dua rakaat, berdasarkan keterangan Rasulullah SAW, dan itulah yang dipakai ijmak,”.
Adapun niat sholat Id adalah sebagai berikut, “Ushalli rakataini sunnatan li’idi-Fithri (makmuman/untuk makmum, imaman/untuk yang menjadi imam) lillahi ta’ala,”. Yang artinya, “Aku berniat sholat sunnah Idul Fitri dua rakaat sebagai makmum/imam karena Allah ta’ala,”.