Senin 14 Feb 2022 21:21 WIB

Inovasi dan Misi Madrasah Nizamiyah

Kegiatan belajar-mengajar di Madrasah Nizhamiyah tak ubahnya universitas masa kini.

Suasana masyarakat  masa kesultanan Seljuk.
Foto: pinterest
Suasana masyarakat masa kesultanan Seljuk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kegiatan belajar-mengajar di Madrasah Nizhamiyah tak ubahnya universitas masa kini. Di sana, berlaku sistem yang baku. Walaupun manuskrip atau dokumen yang menggambarkan kurikulum Nizhamiyah tidak (atau belum pernah)ditemukan, dapatlah dipahami nuansa dan pola pendidikan di sana berdasarkan catatan wakifnya.

Perkembangan Madrasah Nizhamiyah memang didukung mekanisme wakaf. Bahkan, Nizham al-Mulk termasuk kalangan wakif terbesar yang menyumbang untuk jaringan universitas itu. Menurut Muhammad ash-Shallabi dalam Bangkit dan Runtuhnya Daulah Bani Saljuk, seorang wakif Nizhamiyah tercatat mewakafkan hartanya bagi para sahabat asy-Syafii tulen. Sang pemberi wakaf juga mengajukan beberapa syarat.

Baca Juga

Di antaranya adalah, para tenaga pengajar yang akan direkrut Nizhamiyah mesti bermazhab fikih Syafii. Begitu pula dengan penceramah dan petugas perpustakaannya. Lebih lanjut, ash- Shallabi menyimpulkan, perhatian pendidikan Nizhamiyah berfokus pada dua materi inti, yakni fikih yang berdasarkan mazhab Syafii dan akidah seturut pemikiran al-Asy'ari. Bagaimanapun, di sana juga diajarkan disiplin di luar fikih (ibadah)dan kalam, seperti hadis, gramatika bahasa dan sastra Arab, serta berhitung.

Adapun metode pengajaran di Madrasah Nizhamiyah sebagai berikut. Seperti dinukil dari Ensiklopedi Islam, guru di kelas-kelas Nizhamiyah hadir di hadapan para murid. Ia berdiri sembari menyajikan materi-materi kuliah (talqin).Sementara itu, seluruh murid menyimak dengan saksama sembari tangan mereka berada di atas meja-meja kecil yang telah disediakan. Usai sesi talqin, mereka dipersilakan bertanya. Maka, sesi dialog atau tanya-jawab pun dimulai.

Selain ceramah, ada pula metode diskusi. Dalam hal ini, guru mempersilakan para murid nya untuk saling bertukar pikiran selama beberapa menit. Selanjutnya, tiap mereka diminta untuk menyampaikan pendapatnya di muka kelas.

Metode berikutnya ialah menghafal. Ini terutama diterapkan oleh Imam al-Ghazali, seorang rektor Madrasah Nizhamiyah Baghdad yang pernah menjadi santri al-Juwaini. Al-Ghazali mengingatkan hadirin di kelasnya untuk tidak hanya membaca, tetapi juga menghafalkan isi banyak buku.Nasihat itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang pernah dicegat kawanan perampok. Mereka lantas mengambil paksa tasnya yang berat bukan karena tumpukan uang, melainkan buku-buku.

Dalam menyampaikan pelajaran, seorang guru Nizhamiyah memegang silabus yang disebut sebagai ta'liqah. Dokumen itu disusunnya berda sarkan catatan yang dahulu dibuatnya sendiri tatkala masih menjadi murid. Tentunya, tulisan itu ditambahkannya pula dengan hasil bacaannya atas sejumlah buku atau kesimpulan pribadinya mengenai topik-topik tertentu.

"Pendidikan Nizhamiyah berfokus pada dua materi inti, yakni fikih yang berdasarkan mazhab Syafii dan akidah.

 

 

 

 

sumber : Islam Digest
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement